Menteri Zionis Ekstrem Israel Mengulang Seruan Agar Warga Palestina Pergi Tinggalkan Gaza
Kompas dunia | 1 Januari 2024, 08:30 WIBYERUSALEM, KOMPAS.TV - Tokoh senior dalam koalisi sayap kanan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, menteri keuangan Bezalel Smotrich, pada Minggu (31/12/2023) kembali mengungkapkan agar penduduk Palestina di Gaza melakukan emigrasi meninggalkan Gaza dan memberi jalan bagi orang Israel yang bisa "membuat padang gurun berkembang".
Komentar dari Menteri Keuangan Bezalel Smotrich, yang dikecualikan dari kabinet perang dan pembahasan pengaturan setelah perang di Gaza, nampaknya menggarisbawahi kekhawatiran di sebagian besar dunia Arab bahwa Israel ingin mengusir rakyat Palestina dari tanah air mereka, mengulangi pengusiran massal rakyat Palestina ketika Israel didirikan tahun 1948.
"Yang perlu dilakukan di Jalur Gaza adalah mendorong emigrasi," kata Smotrich kepada Radio Angkatan Bersenjata.
"Jika ada 100.000 atau 200.000 orang Arab di Gaza dan bukan 2 juta orang Arab, seluruh pembahasan mengenai hari esok (setelah perang selesai) akan benar-benar berbeda," ujar Smotrich seperti dilaporkan oleh Anadolu, Senin (1/1/2024).
"Mereka ingin pergi. Mereka telah tinggal di ghetto selama 75 tahun dan membutuhkan," tambah Smotrich, pemimpin Partai Zionisme Religius sayap kanan.
Dia mengatakan jika populasi 2,3 juta itu tidak lagi tumbuh dengan aspirasi untuk menghancurkan negara Israel, Gaza akan dilihat berbeda di Israel.
"Sebagian besar masyarakat Israel akan berkata 'mengapa tidak, itu tempat yang bagus, mari buat padang gurun berkembang, itu tidak merugikan siapa pun'."
Smotrich, yang partainya Partai Zionisme Religius sayap kanan mendapatkan dukungan dari komunitas pemukim haram Israel, pernah membuat komentar serupa sebelumnya, mempertentangkan dirinya dengan sekutu terpenting Israel, Amerika Serikat.
Baca Juga: Menterinya Keceplosan Rencana Nakba Gaza 2023, Netanyahu Tegur Anggota Kabinet Supaya Jaga Mulut
Namun, pandangannya tidak mencerminkan posisi resmi pemerintah bahwa warga Gaza akan dapat kembali ke rumah mereka setelah perang melawan gerakan Islam Hamas yang mengendalikan Gaza, sekarang memasuki bulan keempat.
Partai Smotrich, yang membantu Netanyahu mendapatkan mayoritas yang dibutuhkan untuk menjadi perdana menteri untuk keenam kalinya hampir tepat setahun yang lalu, telah melihat penurunan dukungan publik sejak awal konflik.
Survei opini juga menunjukkan sebagian besar warga Israel tidak mendukung kembalinya pemukiman Israel ke Gaza, setelah dipindahkan pada tahun 2005 saat tentara mundur.
Palestina dan pemimpin negara-negara Arab menuduh Israel berupaya membuat "Nakba" baru (bencana), nama yang diberikan untuk pengusiran ratusan ribu Palestina yang melarikan diri atau diusir dari rumah mereka setelah perang tahun 1948 yang menyertai pendirian negara Israel.
Sebagian besar akhirnya berada di negara-negara Arab, dan pemimpin Arab mengatakan setiap upaya modern untuk menggusur rakyat Palestina tidak dapat diterima.
Israel menarik mundur militer dan pemukimnya dari Gaza pada tahun 2005 setelah 38 tahun pendudukan, dan Netanyahu telah mengatakan bahwa Israel tidak bermaksud untuk mempertahankan keberadaan permanen lagi, tetapi akan mempertahankan kontrol keamanan untuk periode waktu yang tidak ditentukan.
Namun, belum ada kejelasan mengenai niat jangka panjang Israel, dan negara-negara termasuk Amerika Serikat mengatakan bahwa Gaza harus diperintah oleh Palestina.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Gading-Persada
Sumber : Anadolu / Straits Times