> >

Pasukan Khusus Afghanistan Terancam Dideportasi dari Pakistan, Merasa Dikhianati Inggris

Kompas dunia | 11 Desember 2023, 13:11 WIB
Pasukan khusus Afghanistan terancam dideportasi dari Pakistan dan menjadi sasaran Taliban. (Sumber: BBC)

LONDON, KOMPAS.TV - Sekitar 200 anggota pasukan khusus Afghanistan yang dilatih dan dibiayai Inggris, terancam dideportasi dari Pakistan. Mereka pun terancam jadi sasaran Taliban, yang kembali berkuasa di Afghanistan.

Para pasukan khusus itu lari ke Pakistan saat Taliban kembali berkuasa. Kini mereka terancam dideportasi karena Pakistan menegaskan akan mengusir para pengungsi Afghanistan. Mereka merasa dikhianati oleh Inggris.

Baca Juga: Pakistan Lancarkan Kebijakan AntiMigran, Pengungsi Afghanistan Ramai-Ramai Pulang ke Negeri Taliban

Jenderal Sir Richard Barrons yang bertugas di Ketentaraan Inggris di Afganistan selama 12 tahun mengatakan kegagalan Inggris merelokasi para tentara itu adalah sesuatu yang memalukan.

“Ini mencerminkan bahwa kita sebagai bangsa, bermuka dua atau tidak kompeten,” tuturnya, seperti dilansir BBC, Senin (11/12/2023).

“Keduanya tak bisa diterima. Ini jelas pengkhianatan (yang dilakukan Inggris), dan akibat pengkhianatan itu akan membuat orang yang mengabdi pada kita, akan mati atau mendekam di penjara,” tambahnya.

Inggris mengeklaim telah mengamankan ribuan warga Afghanistan saat Taliban merebut kembali negara itu.

Pada 2021, Perdana Menteri (PM) Inggris saat itu, Boris Johnson, mengatakan kepada parlemen bahwa pasukan khusus Afghanistan sangat penting bagi mereka.

Ia menambahkan, Inggris akan melakukan segalanya untuk menyediakan jalan aman bagi mereka.

Ketakutan para komando Afghanistan itu terungkap setelah pemerintah Inggris menolak seruan sejumlah diplomat senior dan petinggi militer Inggris untuk memberikan suaka kepada para pemimpin sipil penting Afghanistan yang ada dalam bahaya.

Dalam surat pribadi yang dikirim Maret 2022 kepada Kementerian Luar Negeri Inggris, yang isinya meminta pertolongan secepatnya bagi 32 mantan gubernur, jaksa dan pejabat yang bekerja untuk Inggris dan Amerika Serikat (AS) di Provinsi Helmand dalam operasi pada kurun 2006-2014.

Seperti kebanyakan 200 personel pasukan khusus Afghanistan itu, ke-32 pejabat tersebut mendaftar untuk datang ke Inggris lewat Program Relokasi dan Asistensi Afghanistan (ARAP).

Program itu diperuntukkan bagi warga Afghanistan yang bekerja untuk pemerintah Inggris atau mereka yang "bekerja di Afghanistan bersama departemen pemerintahan Inggris, sebagai rekanan atau yang mendukungnya dari dekat."

Baca Juga: Momen Kim Jong-Un Menangis di Pertemuan Nasional, Minta Para Perempuan Korut Lakukan Ini

Banyak pejabat dan tentara yang permohonannya ditolak, sedangkan lainnya masih menunggu keputusan setelah lebih dari setahun.

Seorang anggota pasukan khusus Afghanistan yang terancam diusir dari Pakistan, merasa ditelantarkan dan dikhianati oleh Inggris.

“Kami bersama-sama siang dan malam. Saat berlatih kami tidur di satu tenda, dan memakan makanan yang sama,” ujar sosok yang hanya dikenali sebagai Ali itu.

“Selama operasi, kami berjuang bersama dengan Inggris, sebagai satu keluarga besar,” tambahnya.

Pada Agustus 2021 saat negara Afghanistan runtuh, Ali menuju ke Hotel Baron di Kabul untuk melindungi para pemegang paspor Inggris saat mereka mencoba meninggalkan negara Asia tersebut.

Namun, dia tak bisa naik penerbangan evakuasi, dan akhirnya menuju ke Pakistan lewat jalur darat. Ali mengira pengabdiannya selama hampir dua dekade kepada Inggris, akan membuatnya mendapatkan bantuan. Ternyata dia salah.

"Kami tidak pernah mengira pahlawan akan ditinggalkan. Kami mengambil semua risiko. Kami siap membantu masyarakat internasional, kami menghormati kebebasan berbicara dan nyawa manusia, lalu semuanya terbalik. Ini sangat mengecewakan."

Kini, Ali dan keluarganya terancam dideportasi oleh otoritas Pakistan yang tengah melakukan pembersihan terhadap warga Afghanistan yang tinggal secara ilegal.

"Saya tidak bisa bekerja. Saya tinggal dalam kamar ini bersama istri saya dan lima anak karena takut dengan polisi. Saya sudah mengunci diri di dalam rumah selama tiga bulan sekarang."

 

Penulis : Haryo Jati Editor : Edy-A.-Putra

Sumber : BBC


TERBARU