Israel Disebut Tembaki Warganya Sendiri di Kibbutz Be'eri dan Festival Musik pada 7 Oktober
Kompas dunia | 20 November 2023, 22:49 WIBPorat mengatakan istri pria yang meninggal "mengatakan kepada kami ketika mereka [kombatan Hamas] mencoba masuk, pria itu mencoba mencegah mereka masuk dan menahan pintu. Mereka menembak pintu dan dia tewas. Mereka tidak mengeksekusinya."
"Mereka tidak menindas kami. Mereka memperlakukan kami dengan sangat baik," Porat menjelaskan kepada Aryeh Golan yang terkejut, seperti dilaporkan New Intifada, akhir bulan lalu.
"Maksud saya, mereka menjaga kami," katanya.
"Mereka memberi kami minum sesekali. Ketika mereka melihat kami gugup, mereka menenangkan kami. Itu sangat menakutkan tapi tidak ada yang memperlakukan kami dengan kekerasan. Untungnya, tidak ada yang terjadi pada saya seperti yang saya dengar di media."
"Mereka sangat berperikemanusiaan terhadap kami," kata Porat dalam wawancara dengan televisi Israel, Channel 12.
Porat mengingat ucapan seorang kombatan Palestina yang berbicara dalam bahasa Ibrani "mengatakan padaku, 'Lihat aku baik-baik, kami tidak akan membunuhmu. Kami ingin membawamu ke Gaza. Kami tidak akan membunuhmu. Jadi tenanglah, kamu tidak akan mati.' Itulah yang dia katakan padaku, dengan kata-kata itu."
"Saya tenang karena saya tahu tidak akan ada yang terjadi pada saya," tambah Porat.
Baca Juga: Menlu RI Kutuk Keras Serangan Israel ke RS Indonesia: Langgar Hukum Humaniter Internasional
"Mereka mengatakan kepada kami bahwa kami tidak akan mati, mereka ingin membawa kami ke Gaza dan esok hari mereka akan mengembalikan kami ke perbatasan," kata Porat kepada media Israel, Maariv, seperti dikutip New Intifada.
Dalam wawancara dengan Channel 12, Porat menjelaskan, meskipun para kombatan Palestina semua membawa senjata dengan amunisi penuh, dia tidak pernah melihat mereka menembak tawanan atau mengancam mereka dengan senjata.
Selain memberi minum, dia mengatakan para kombatan Hamas membiarkan mereka keluar untuk berada di halaman karena udara panas, terutama karena listrik padam.
Dalam wawancara dengan Aryeh Golan, Porat juga memberikan detail lebih lanjut tentang momen di mana pasukan keamanan Israel tiba di tempat kejadian.
"Awalnya tidak ada [pasukan keamanan Israel] bersama kami," kenang Porat.
"Setelah itu kami melihat lampu-lampu dan suara-suara tembakan. Ketika mereka melihat kami di dekat rumah, mereka mulai menembakkan roket ke arah kami," kata Porat.
"Sangat sulit untuk mendeskripsikannya. Itu adalah pertempuran yang sangat hebat. Tembakan dari tank, tembakan dari semua arah. Teriakan. Sangat sulit untuk menjelaskannya. Itu adalah hal yang sangat mengerikan," tambahnya.
"Mereka [Hamas] mengira tentara [Israel] tidak akan membunuh sandera. Jadi mereka ingin keluar bersama kami hidup-hidup dan agar polisi memperbolehkannya," kata Porat kepada Channel 12.
Menurut perkiraan Porat, para penyanderanya masih muda dan sama ketakutannya dengan mereka, katanya kepada Channel 12.
Seorang kombatan yang dijelaskan Porat sebagai komandan berusia 30-an, meminta berbicara dengan polisi dan kemudian berbicara dengan seorang perwira Israel yang berbicara dalam bahasa Arab.
Baca Juga: Israel Berharap Kesepakatan dengan Hamas untuk Pembebasan Sandera Bakal Tercapai Beberapa Hari Lagi
Setelah percakapan singkat mereka, 40 lebih kombatan Palestina dan sekitar dua belas tawanan Israel menunggu kedatangan pasukan militer, dengan sebagian dari kelompok itu keluar ke taman untuk melepaskan diri dari udara panas sore.
Kedatangan militer dan polisi Israel dibuka dengan hujan peluru, mortir, dan tembakan tank, mengejutkan para kombatan Hamas dan tawanan Israel mereka, kata Porat.
"Kami berada di luar dan tiba-tiba ada hujan peluru dari [unit Israel] YAMAM. Kita semua mulai lari mencari tempat berlindung," kata Porat kepada Channel 12.
Porat mengatakan dia menyerah kepada tentara Israel setengah jam setelah pertempuran sengit yang terdiri dari "puluhan, ratusan, dan ribuan peluru dan mortir terbang di udara," dan salah satu kombatan Palestina, seorang komandan, memutuskan menyerah dan menggunakan dirinya sebagai perisai manusia.
Pada saat itu, Porat mengatakan dirinya berteriak agar pasukan Israel berhenti menembak.
"Dan kemudian mereka berhenti menembak," ungkapnya.
"Saya melihat orang-orang dari kibbutz di halaman. Ada lima atau enam sandera tergeletak mati di tanah di luar. Seperti domba yang disembelih, di antara tembakan."
"Teroris [Hamas] menembak mereka?" tanya Aryeh Golan.
"Tidak, mereka tewas dalam baku tembak," jawab Porat.
"Ada baku tembak yang sangat, sangat berat."
"Jadi pasukan kita mungkin menembak mereka?" tanya Golan.
"Tanpa keraguan," kata Porat.
"Mereka membunuh semua orang, termasuk sandera karena ada baku tembak yang sangat, sangat berat."
"Setelah baku tembak yang gila, dua tembakan meriam tank ditembakkan ke sebuah rumah. Ini rumah kibbutz kecil, tidak besar," jelas Porat.
Dia menambahkan, warga Israel yang berada di dalam rumah tersebut mati mengenaskan, beberapa orang di antaranya anak kecil.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Edy-A.-Putra
Sumber : New Intifada/The Cradle/Haaretz/Radio Kan/Maariv