> >

Usai Malaysia Larang Buku yang Merendahkan PRT Indonesia, Penulis Minta Maaf

Kompas dunia | 29 September 2023, 20:54 WIB
Pemerintah Malaysia melarang buku dengan kemarahan, menyusul protes atas apa yang dianggap sebagai penggambaran merendahkan pembantu rumah tangga Indonesia, dan penulis buku tersebut pada Kamis, (28/9/2023) meminta maaf atas materi yang menyinggung dan mengatakan bahwa hal itu salah dimengerti. (Sumber: Omibooks)

KUALA LUMPUR, KOMPAS.TV - Pemerintah Malaysia melarang buku yang isinya dinilai merendahkan pembantu rumah tangga (PRT) Indonesia,  menyusul adanya protes. Pada saat yang sama,  penulis buku tersebut pada Kamis, (28/9/2023) meminta maaf atas materi yang menyinggung dan mengatakan bahwa hal itu salah dimengerti.

Boey Chee Ming, seniman Malaysia yang kini berbasis di Amerika Serikat, mengatakan dia terkejut mengetahui buku  yang dia tulis "When I was a Kid 3" dilarang pemerintah hampir satu dekade setelah dirilis tahun 2014.

Ini adalah buku ketiganya dalam rangkaian novel grafis tentang masa kecilnya di Malaysia.

Kementerian Dalam Negeri mengatakan buku itu berisi materi yang "mungkin merugikan moral" dan mengeluarkan larangan pada 15 September, seperti laporan kantor berita Bernama yang dikutip Associated Press, Kamis, (28/9/2023).

Organisasi non-pemerintah Indonesia, Corong Rakyat, menggelar aksi di luar Kedutaan Besar Malaysia di Jakarta pada bulan Juni untuk memprotes buku tersebut, yang dinilainya meremehkan para pembantu rumah tangga Indonesia, seperti dilaporkan oleh agensi berita nasional Malaysia, Bernama. 

Baca Juga: Iming-Iming Pekerjaan di Luar Negeri, TKI Berakhir Jadi Korban Jual-Beli Ginjal!

Boey mengatakan ia percaya larangan itu dipicu oleh sebuah bab di mana ayahnya membandingkan pembantu rumah tangga Indonesia mereka dengan seekor monyet karena bisa memanjat pohon dengan cepat untuk memetik kelapa. Dia menggambarkannya sebagai "kejadian yang tidak menguntungkan". (Sumber: Scoop)

Boey mengatakan ia percaya larangan itu dipicu oleh sebuah bab di mana ayahnya membandingkan pembantu rumah tangga Indonesia mereka dengan seekor monyet karena bisa memanjat pohon dengan cepat untuk memetik kelapa. Dia menggambarkannya sebagai "kejadian yang tidak menguntungkan".

"Tujuanku bukanlah untuk merendahkan tapi untuk memuji kecepatan yang mengesankan dari pembantu kami saat memanjat pohon kelapa - seperti seekor monyet. Saya kembali ke pohon itu sendirian di malam hari karena saya juga ingin melihat apakah saya bisa memanjat pohon dengan kecepatan seperti itu," tulisnya di Instagram.

"Saya sangat meminta maaf kepada pihak-pihak yang tersinggung oleh hal ini, dan orang-orang yang secara tidak sengaja saya lukai," kata Boey, 45 tahun.

"Perjalanan bercerita ini telah luar biasa dan saya telah belajar begitu banyak dari itu. Bersama dengan suka-duka, dan ini adalah pelajaran yang akan saya ambil dari situ." tambah Boey.

Sementara Kementerian Luar Negeri (Kemlu) RI menghargai keputusan yang dilakukan oleh pemerintah Malaysia yang melarang buku tersebut.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri, Lalu Muhammad Iqbal, pada konferensi pers di kantornya, Jumat (29/9/2023) mengatakan, perumpamaan monyet bagi para pekerja Indonesia tidak edukatif.

 

 "Dari perspektif edukasi itu sangat tidak edukatif dan human degrading (merendahkan martabat manusia)," katanya. "Yang jelas, kebetulan bahasa yang disampaikan adalah monyet untuk tenaga kerja kita," ujar Iqbal.

Warga Indonesia merupakan sebagian besar dari lebih dari 2 juta pekerja asing di Malaysia. Lebih dari 200.000 di antaranya bekerja sebagai pekerja rumah tangga.

 

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Iman-Firdaus

Sumber : Associated Press


TERBARU