> >

Uni Afrika Ultimatum 15 Hari ke Junta Militer Niger Akhiri Kudeta, AS dan Uni Eropa Ancam Sanksi

Kompas dunia | 30 Juli 2023, 05:35 WIB
Uni Afrika mengeluarkan ultimatum 15 hari kepada junta militer di Niger untuk mengembalikan pemerintahan demokratis, saat para pemimpin kudeta bertemu dengan pejabat sipil senior untuk membahas bagaimana mereka akan mengelola negara tersebut dan ketika Amerika Serikat dan Uni Eropa mengancam akan memberlakukan sanksi. (Sumber: Brittanica)

Tchiani, pemimpin junta dan komandan pengawal presiden Niger, punya hubungan dekat dengan mantan Presiden Niger, Mahamadou Issoufou, yang mengundurkan diri pada tahun 2021 setelah sepuluh tahun menjabat.

Pengambilalihan kekuasaan oleh Tchiani akan memperkuat spekulasi bahwa Issoufou ada di balik kudeta ini, kata Ulf Laessing, kepala program Sahel di Konrad Adenauer Foundation, sebuah lembaga pemikir dan konsultan Jerman.

Amerika Serikat mengancam akan menghentikan dukungan ekonominya kepada Niger, sementara Uni Eropa mengumumkan penghentian tidak terbatas bantuan anggaran dan bantuan keamanan.

Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Anthony Blinken, yang berada di Australia sebagai bagian dari tur ke Pasifik, memperkirakan dukungan ekonomi dan keamanan Amerika dengan Niger bernilai ratusan juta dolar, mengatakan kelangsungan dukungan tersebut tergantung pada "kelanjutan tata kelola demokratis dan ketertiban konstitusional."

"Jadi bantuan, dukungan tersebut, berada dalam bahaya nyata sebagai akibat dari tindakan-tindakan ini, yang menjadi alasan lain mengapa tindakan tersebut harus segera dibalik," ujar Blinken.

Meskipun tidak ada tanda-tanda junta akan mundur di tengah tekanan internasional yang meningkat, para analis menyerukan sinergi dalam intervensi komunitas internasional dan organisasi benua seperti Uni Afrika dan blok regional ECOWAS, yang dijadwalkan akan bertemu untuk membahas kudeta pada hari Minggu.

Kudeta yang berhasil di Niger dan sanksi-sanksi yang menyertainya bisa menyebabkan lebih banyak kesulitan bagi jutaan orang miskin dan kelaparan di Afrika Barat dan bisa lebih mengancam hubungan internasional dengan wilayah tersebut, yang tengah menghadapi kebangkitan kudeta dalam beberapa tahun terakhir, menurut Idayat Hassan, anggota senior program Afrika di Center for Strategic and International Studies.

"Di balik kudeta ini juga berarti bahwa kita sedang mendefinisikan tatanan dunia baru di Afrika Barat khususnya, karena akan menempatkan barat dan negara-negara lain melawan beberapa rezim militer yang mungkin didukung oleh Rusia," ujar Hassan.

 

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Hariyanto-Kurniawan

Sumber : Associated Press


TERBARU