> >

Militer Sudan Batalkan Perundingan Gencatan Senjata dengan Kubu Paramiliter, Ini Sebabnya

Kompas dunia | 31 Mei 2023, 22:07 WIB
Militer Sudan menghentikan partisipasinya dalam perundingan gencatan senjata yang difasilitasi oleh Amerika Serikat dan Arab Saudi pada Rabu (31/5/2023). Militer Sudan yang dipimpin Jenderal Abdul Fattah al Burhan menuduh musuh mereka dari Pasukan Dukungan Cepat yang dipimpin Muhammad Dagalo tidak memenuhi komitmennya. (Sumber: Deutsche Welle/Sudan Armed Force)

KHARTOUM, KOMPAS.TV - Militer Sudan menghentikan partisipasinya dalam perundingan gencatan senjata yang difasilitasi oleh Amerika Serikat (AS) dan Arab Saudi pada Rabu (31/5/2023).

Militer Sudan yang dipimpin Jenderal Abdul Fattah al Burhan menuduh musuh mereka dari Pasukan Dukungan Cepat yang dipimpin Muhammad Dagalo tidak memenuhi komitmennya, seperti laporan France24.

Mediator dari perundingan di Jeddah Arab Saudi mengakui pelanggaran berulang gencatan senjata oleh kedua belah pihak, tetapi hingga saat ini belum memberlakukan sanksi apa pun dengan harapan agar pihak-pihak yang berperang tetap duduk di meja perundingan.

Militer Sudan mundur "karena pemberontak tidak pernah melaksanakan satu pun dari ketentuan gencatan senjata jangka pendek yang mengharuskan mereka menarik diri dari rumah sakit dan bangunan hunian," kata seorang pejabat pemerintah Sudan yang enggan disebutkan namanya.

Militer Sudan mengatakan Pasukan Dukungan Cepat (Rapid Support Forces/RSF) juga "berulang kali melanggar gencatan senjata," tambah pejabat tersebut.

Baca Juga: Paramiliter Sudan Kian Brutal, Bakar dan Hancurkan Seluruh Desa di Darfur

Letjen Yasser Al-Atta, kompandan tempur melawan paramiliter Sudan. Militer Sudan menghentikan partisipasinya dalam perundingan gencatan senjata yang difasilitasi oleh Amerika Serikat dan Arab Saudi pada Rabu (31/5/2023). Militer Sudan yang dipimpin Jenderal Abdul Fattah al Burhan menuduh musuh mereka dari Pasukan Dukungan Cepat yang dipimpin Muhammad Dagalo tidak memenuhi komitmennya (Sumber: SCP Sudan)

Mediator AS dan Arab Saudi hari Senin malam mengatakan pihak-pihak yang berperang setuju memperpanjang gencatan senjata kemanusiaan selama lima hari yang sering dilanggar selama seminggu terakhir.

Para mediator mengakui gencatan senjata "dilaksanakan dengan tidak sempurna," tetapi mengatakan perpanjangan ini "akan memungkinkan upaya kemanusiaan lebih lanjut."

Namun, meskipun adanya komitmen dari kedua belah pihak, pertempuran meletus kembali pada Selasa baik di wilayah Khartoum yang lebih luas maupun di wilayah perbatasan Darfur yang rawan konflik.

"Angkatan darat siap bertempur sampai kemenangan," tegas kepala angkatan darat Abdel Fattah al-Burhan saat berkunjung ke pasukan di ibu kota.

RSF, yang dipimpin oleh wakil al-Burhan yang kini menjadi lawannya, Mohamed Hamdan Daglo, mengatakan mereka akan "melakukan hak mereka untuk membela diri" dan menuduh angkatan darat melanggar gencatan senjata.

Baca Juga: AS dan Arab Saudi Desak Gencatan Senjata Sudan Diperpanjang, Rilis Pernyataan Bersama

Sejumlah kendaraan militer yang hancur terlihat di bagian selatan Khartoum, ibu kota Sudan, pada Kamis, 20 April 2023. Upaya gencatan senjata antara pasukan Sudan yang bertikai gagal tercapai. (Sumber: AP Photo/Marwan Ali)

Kekhawatiran tentang keruntuhan gencatan senjata

Pakar Sudan, Aly Verjee, mengatakan para mediator berusaha menghindari keruntuhan total perundingan tersebut, karena takut terjadinya eskalasi besar di lapangan.

"Para mediator tahu bahwa situasinya buruk, tetapi mereka tidak ingin menyatakan gencatan senjata telah gagal karena takut situasi akan menjadi lebih buruk," kata Verjee, seorang peneliti di Universitas Gothenburg di Swedia.

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Vyara-Lestari

Sumber : France24


TERBARU