> >

Ketegangan antara Kosovo dan Serbia Terus Berlanjut dan Makin Genting, Ini Sejarah dan Penjelasannya

Kompas dunia | 31 Mei 2023, 07:35 WIB
Ilustrasi. Mural Presiden Rusia Vladimir Putin dan betuliskan Kosovo adalah Serbia! di Beograd, 1 Agustus 2022. Kosovo dan Serbia saling cakar sejak berabad lalu, puncaknya saat perang Kosovo akhir 1990an. Situasi ini memicu kekhawatiran kembalinya konflik di Kosovo seperti tahun 1998-1999 yang menewaskan lebih 10.000 orang dan membuat lebih dari 1 juta orang mengungsi. Inilah penjelasan singkat konflik keduanya. (Sumber: Darko Vojinovic/Associated Press)

Baca Juga: Korban Luka Pasukan PBB di Kosovo Utara Jadi 30 Orang akibat Bentrokan Berdarah dengan Etnis Serbia

Pasukan penjaga perdamaian KFOR yang dipimpin oleh NATO di Kosovo hari Selasa (30/5/2023) melaporkan jumlah pasukannya yang terluka dalam bentrokan sengit dengan etnis Serbia menjadi 30 orang, seperti laporan Associated Press, Selasa, (30/5/2023). (Sumber: AP Photo)

Jelas Ada Konflik Etnis di Kosovo, Namun Seberapa Dalam Konflik Etnis Tersebut?

Perselisihan mengenai Kosovo sudah berusia berabad-abad. Serbia menganggap wilayah tersebut sebagai pusat kedaulatan dan pusat agama.

Banyak biara Kristen Ortodoks Serbia yang bersejarah berada di Kosovo. Kaum nasionalis Serbia melihat pertempuran pada tahun 1389 melawan Kesultanan Utsmaniyah di sana sebagai simbol perjuangan nasional.

Mayoritas etnis Albania di Kosovo menganggap Kosovo sebagai negara mereka dan menuduh Serbia melakukan pendudukan dan penindasan. Pemberontak etnis Albania melancarkan pemberontakan tahun 1998 untuk mengusir pemerintahan Serbia.

Respons brutal Belgrade memicu intervensi NATO tahun 1999, yang memaksa Serbia mundur dan menyerahkan kendali kepada pasukan penjaga perdamaian internasional.

Upaya yang Dilakukan Untuk Menyelesaikan Konflik di Kosovo

Terdapat upaya internasional yang terus-menerus dilakukan untuk mencari titik temu antara kedua musuh masa perang ini, tetapi belum ada kesepakatan komprehensif yang final sampai saat ini.

Pejabat Uni Eropa memediasi negosiasi yang bertujuan memperbaiki hubungan antara Serbia dan Kosovo. Banyak kesepakatan dicapai selama negosiasi, tetapi jarang dilaksanakan di lapangan. Beberapa wilayah telah melihat hasilnya, seperti pengenalan kebebasan bergerak di dalam negeri.

Baca Juga: Balkan Memanas! Serbia Siagakan Militer dalam Kondisi Siap Tempur di Perbatasan Kosovo, Ada Apa?

Presiden Serbia Aleksandar Vucic. Kosovo dan Serbia saling cakar sejak berabad lalu, puncaknya saat perang Kosovo akhir 1990an. Situasi ini memicu kekhawatiran kembalinya konflik di Kosovo seperti tahun 1998-1999 yang menewaskan lebih 10.000 orang dan membuat lebih dari 1 juta orang mengungsi. Inilah penjelasan singkat konflik keduanya. (Sumber: AP Photo/Darko Vojinovic)

Pemain Utama Konflik di Kosovo

Baik Kosovo maupun Serbia dipimpin oleh pemimpin nasionalis yang belum menunjukkan kesiapan untuk berkompromi.

Di Kosovo, Albin Kurti, seorang mantan pemimpin protes mahasiswa dan tahanan politik di Serbia, memimpin pemerintahan dan menjadi negosiator utama dalam perundingan yang dimediasi oleh Uni Eropa.

Ia juga dikenal sebagai pendukung keras penyatuan Kosovo dengan Albania dan menentang setiap kompromi dengan Serbia.

Serbia dipimpin oleh Presiden populis Aleksandar Vucic, yang pernah menjabat sebagai menteri informasi selama perang di Kosovo.

Mantan ultranasionalis ini bersikeras solusi apapun harus melalui kompromi agar solusi bisa bertahan dan mengatakan negaranya tidak akan berdamai kecuali mendapatkan sesuatu.

Ini yang akan Terjadi Selanjutnya

Pejabat internasional berharap dapat mempercepat negosiasi dan mencapai solusi dalam beberapa bulan mendatang.

Kedua negara harus memperbaiki hubungan mereka jika ingin maju menuju keanggotaan Uni Eropa. Jika tidak ada terobosan besar, maka ketidakstabilan yang berkepanjangan, penurunan ekonomi, dan potensi bentrokan terus-menerus akan terjadi.

Intervensi militer Serbia di Kosovo akan berarti bentrokan dengan pasukan penjaga perdamaian NATO yang berada di sana.

 

 

 

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Vyara-Lestari

Sumber : Associated Press


TERBARU