Jerman Alami Resesi, Pemerintah Optimistis, tapi Warga Tak Belanja dan Pilih Menabung
Kompas dunia | 26 Mei 2023, 19:43 WIB
JAKARTA, KOMPAS.TV - Meski perekonomian Jerman masuk dalam resesi, Kanselir Jerman Olaf Scholz mengatakan prospek ekonomi negaranya masih sangat bagus.
Ia menyatakan, pemerintah Jerman akan melakukan sejumlah upaya untuk menghadapi tantangan ekonomi seperti menarik pekerja asing, serta meningkatkan produksi energi terbarukan agar tak bergantung pada minyak dan batu bara.
"Prospek ekonomi Jerman sangat baik. Kami akan menyelesaikan tantangan yang kami hadapi," kata Scholz kepada media, Kamis (25/5/2023), dikutip dari politico.eu.
Jerman mengalami resesi teknikal setelah pertumbuhan ekonominya minus selama dua kuartal berturut-turut.
Baca Juga: Jerman Beri Bantuan Militer Besar-besaran ke Ukraina Senilai Rp44,5 Triliun
Kantor Statistik Federal Jerman merilis pertumbuhan ekonomi Jerman pada kuartal I 2023 (Januari-Maret) minus 0,3 persen.
Sebelumnya pada kuartal IV 2022 (Oktober-Desember) juga minus 0,5 persen.
Penyebab utama dari rendahnya pertumbuhuna ekonomi di Jerman adalah konsumsi rumah tangga yang turun 1,2 persen. Kemudian belanja pemerintah juga turun 4,9 persen.
Meski investasi naik 3 persen, jumlahnya tidak cukup untuk menggerakan ekonomi Jerman.
Jika dihitung secara tahunan, ekonomi Jerman juga minus 0,5 persen pada kuartal I-2023 dibanding periode yang sama 2022.
Resesi teknikal memang tidak membuat ekonomi Jerman ambruk. Namun, itu berarti mayoritas rakyat Jerman kesulitan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, karena kenaikan biaya hidup (harga energi, tagihan listrik, harga makanan).
Baca Juga: Gagal Bayar Utang AS Masih Mengancam, Jumlah Perusahaan yang Ajukan Pailit Tertinggi dalam 12 Tahun
Uang yang mereka miliki dari gaji atau hasil berbisnis, tidak cukup lagi karena inflasi yang tinggi.
Sebagian rakyat Jerman lainnya menahan belanja kebutuhan sekunder dan tersier, seperti beli baju baru, liburan, beli mobil baru, dan memilih menabung uang mereka.
Penulis : Dina Karina Editor : Edy-A.-Putra
Sumber : Politico.eu, Antara, dw.com