> >

Pemilu Thailand: Pemimpin Militer Kalah, Dua Partai Oposisi Menang Besar

Kompas dunia | 15 Mei 2023, 08:37 WIB
Pita Limjaroenrat, pemimpin Partai Move Forward. Dua partai oposisi, yaitu Move Forward dan Partai Pheu Thai masing-masing menduduki peringkat pertama dan kedua dalam pemilu Thailand yang ditutup pada Minggu (14/5) sore). (Sumber: Pattaya Mail)

Prayuth yang merupakan petahana dan pemimpin Partai Persatuan Bangsa hanya menempati posisi kelima dengan mendapatkan 9 persen dari total suara. Seperti dikutip dari The Associated Press, partai ini menempati posisi ketiga dalam penghitungan preferensi partai dengan hampir 12 persen suara dan memberinya 23 kursi parlemen.

Prayuth berkuasa di Thailand setelah merebut kekuasaan dari pemerintahan yang dipimpin oleh saudara perempuan Thaksin, Yingluck Shinawatra, pada 2014.

 

"Dan perubahan itu benar-benar bukan tentang melakukan kudeta lagi. Karena itu adalah perubahan ke belakang. Ini tentang mereformasi militer, monarki, untuk masa depan yang demokratis, dengan kinerja ekonomi yang lebih baik," kata Thitinan Pongsudhirak, dari Institute of Security and International Studies di Universitas Chulalongkorn, seperti dikutip dari Radio New Zealand.

Sebelum pemungutan suara, ketiga partai dipertimbangkan untuk kemungkinan besar memimpin pemerintahan baru. Paetongtarn Shinawatra sebelumnya diunggulkan dalam jajak pendapat untuk dipilih sebagai pemimpin negara berikutnya.

Baca Juga: Putri Thaksin Shinawatra Difavoritkan Jadi Perdana Menteri Thailand

Namun dalam hasil pemilu, pemimpin Partai Move Forward, Pita Limjaroenrat, tampaknya memiliki prospek untuk menjadi pemimpin Thailand berikutnya.

Move Forward bahkan mengungguli proyeksi optimis, dan partai tersebut siap untuk merebut semua, atau hampir semua, 33 kursi parlemen untuk ibu kota Bangkok.

Bersama dengan Pheu Thai, ia mengkampanyekan reformasi militer dan monarki. Tapi Move Forward menempatkan masalah tersebut dengan lebih radikal. Secara terbuka mereka mendukung reformasi kecil monarki. Mereka memenangkan pemilih yang lebih muda, sekaligus memusuhi kaum konservatif yang menganggap kerajaan sebagai institusi suci.
 

Penulis : Tussie Ayu Editor : Iman-Firdaus

Sumber : Associated Press, BBC, Radio New Zealand


TERBARU