Penelitian Terbaru: Tindakan Sederhana Dapat Cegah 1 Juta Kematian Bayi Baru Lahir Setiap Tahun
Kompas dunia | 9 Mei 2023, 12:34 WIB"Sangat Umum" Terjadi
Penulis lain dari studi ini, Joy Lawn dari London School for Hygiene and Tropical Medicine, seperti dikutip oleh France24 menyatakan bahwa para peneliti menggunakan definisi baru untuk bayi yang lahir prematur atau kurang berat.
Ia mengatakan cara tradisional untuk menentukan apakah bayi memiliki berat badan rendah - jika lahir dengan berat badan di bawah 2,5 kilogram - "sedikit secara acak dipilih" oleh seorang dokter Finlandia pada tahun 1919.
"Penilaian ini yang sangat kasar" telah menjadi tolak ukur selama lebih dari satu abad, meskipun bukti yang cukup menunjukkan bahwa "tidak semua bayi tersebut sama," kata Lawn.
Para peneliti menganalisis database yang mencakup 160 juta kelahiran hidup dari tahun 2000 hingga 2020 untuk mengetahui seberapa sering bayi lahir "terlalu cepat dan terlalu kecil," kata dia.
Baca Juga: Penelitian Terbaru Ungkap Kemungkinan Inti Bumi Sudah Berputar ke Arah Berlawanan, Pertanda Apa Ini?
"Secara mengejutkan, kami menemukan bahwa ini jauh lebih umum ketika Anda mulai memikirkannya dengan lebih rinci."
Para peneliti memperkirakan bahwa sebanyak 35,3 juta bayi -- atau satu dari empat bayi yang lahir di seluruh dunia pada tahun 2020 -- lahir prematur atau memiliki berat badan yang rendah, sehingga mereka diklasifikasikan sebagai "bayi yang rentan dan rapuh secara fisik".
Bayi-bayi ini memiliki kondisi yang rentan karena mereka lahir terlalu cepat dan memiliki berat badan yang rendah. Mereka berisiko lebih tinggi mengalami komplikasi kesehatan dan membutuhkan perawatan khusus dan perhatian lebih.
Meskipun sebagian besar bayi lahir di Asia Selatan dan Afrika sub-Sahara, Lawn menekankan bahwa setiap negara terkena dampaknya.
Salah satu alasan kemajuan ini terhambat adalah karena masalah ini "cenderung terjadi pada keluarga dan perempuan yang 'kurang punya suara' (dalam keluarga) ", kata Lawn.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Desy-Afrianti
Sumber : France24 / The Lancet