Tahanan Palestina Tewas di Penjara Israel karena Mogok Makan
Kompas dunia | 3 Mei 2023, 08:49 WIBYERUSALEM, KOMPAS.TV - Seorang warga Palestina tewas dalam tahanan Israel pada Selasa (2/5/2023) setelah mogok makan selama hampir tiga bulan. Kematiannya pun memicu rentetan roket dari Jalur Gaza dan menimbulkan kekhawatiran akan eskalasi lebih lanjut.
Kasus tahanan Palestina juga menarik perhatian pada taktik mogok makan—yang digunakan oleh tahanan di seluruh dunia namun dianggap sebagai alat yang sangat penting bagi warga Palestina.
Khader Adnan, 45, seorang pemimpin kelompok Jihad Islam militan, membantu memperkenalkan praktik mogok makan sebagai bentuk protes. Tahanan Palestina menggunakan aksi mogok makan untuk menentang penahanan mereka.
Cara ini merupakan taktik kontroversial di mana lebih dari 1.000 warga Palestina dan segelintir orang Israel saat ini ditahan tanpa dakwaan atau pengadilan.
Baca Juga: Angkatan Laut Israel Serang Nelayan Palestina di Pesisir Gaza, Dua Orang Terluka
Adnan pertama kali menjadi berita utama internasional dan mengilhami protes solidaritas lebih dari satu dekade lalu, ketika dia melakukan mogok makan selama 66 hari terhadap penahanannya.
Aksi itu mendorong ratusan tahanan lain untuk ikut mogok makan, yang diakhiri dengan kesepakatan untuk pembebasannya. Dia kemudian kembali ditangkap lagi.
Warga Palestina yang ditahan Israel dirayakan sebagai pahlawan nasional. Sedangkan Israel menganggap tahanan Palestina sebagai teroris.
Adnan, yang ditangkap belasan kali dan menghabiskan hampir seperlima dari hidupnya di penjara Israel, menjadi simbol ampuh perlawanan Palestina terhadap pendudukan terbuka Israel, yang kini memasuki tahun ke-56.
Penggunaan mogok makan sebagai alat tawar-menawar melawan otoritas Israel memotivasi banyak warga Palestina lainnya yang putus asa dalam penahanan.
Layanan penjara Israel mengatakan Adnan telah didakwa dengan "keterlibatan dalam kegiatan teroris" setelah penangkapannya pada Februari lalu.
Pekan lalu, pengadilan militer Israel menolak jaminannya. Sedangkan sidang bandingnya sudah berulang kali ditunda.
Baca Juga: Remaja 17 Tahun Ditembak Mati Pasukan Israel di Tepi Barat, 2023 Semakin Berdarah bagi Palestina
Setelah berita kematiannya tersiar, militan Palestina di Gaza menembakkan 26 roket ke daerah berpenduduk di Israel selatan, menerbangkan pecahan peluru. Tiga pekerja asing terluka di sebuah lokasi konstruksi di kota Sderot.
Salah satu warga asing, pria berusia 25 tahun, dilaporkan dalam kondisi serius. Beberapa jam kemudian, militer mengatakan enam peluru mortir ditembakkan ke Israel, yang kebanyakan gagal dan tidak mencapai wilayah Israel.
“Ini adalah tanggapan awal terhadap kejahatan keji ini,” kata koalisi kelompok militan Palestina yang berbasis di Gaza, yang dipimpin oleh penguasa militan Hamas.
Perdana Menteri Palestina Mohammed Shtayyeh menyebutnya sebagai pembunuhan dan menuduh Israel tidak memberikan bantuan medis.
Penulis : Tussie Ayu Editor : Gading-Persada
Sumber : The Associated Press