Putin Ngamuk dan Tuduh Ukraina Lakukan Serangan Teroris di Perbatasan, Janji Bakal Hancurkan Mereka
Krisis rusia ukraina | 3 Maret 2023, 06:39 WIBMOSKOW, KOMPAS.TV - Presiden Rusia, Vladimir Putin, mengeklaim Ukraina telah melakukan serangan teroris ke wilayah Rusia di perbatasan kedua negara.
Putin pun menegaskan, kelompok sabotase Ukraina telah melepaskan tembakan ke warga sipil Rusia.
Sang kepala negara berjanji pihaknya akan menghancurkan kelompok tersebut.
Pada pernyataan di TV, Putin menuduh kelompok tersebut telah melepaskan tembakan ke mobil berpenumpang, termasuk anak-anak.
Baca Juga: Zelenskyy Sebut Rusia Gagal Hancurkan Rakyat Ukraina dengan Musim Dingin: Kami Melewati Masa Sulit
“Mereka tak akan mencapai apa-apa. Kami akan menghancurkan mereka,” ujar Putin dikutip dari The Independent, Jumat (3/3/2023).
Namun, Ukraina menuduh Rusia telah melakukan provokasi palsu, tetapi juga tampaknya telah mengetahui operasi yang dilakukan.
Wilayah perbatasan Rusia semakin bergejolak sejak Moskow menginvasi Ukraina,. Setahun lalu.
Laporan penembakan dan sabotase sporadis dilaporkan kerap terjadi di wilayah tersebut.
Menurut Gubernur Bryansk, Alexande Bogomaz di saluran elehram-nya, kelompok sabotase dan pengintaian Ukraina telah menembus Distrik Klimovsky di Desa Lubechanye.
“Pera penyabotase itu menembak dari mobil yang bergerak. Hasil dari serangan itu, satu warga sipil terbunuh, dan bocah laki-laki berusia 10 tahun terluka,” katanya.
Baca Juga: Rusia Siap Gunakan Senjata Nuklir, Operasi Militer Baru untuk Hadapi Serangan AS
Pada dua video yang muncul di media online, kelompok bersenjata itu menyebut diri mereka Korps Sukarela Rusia.
Mereka mengatakan melewati perbatasan untuk melawan apa yang mereka sebut sebagai “Putin yang penuh darah” dan rezim Kremlin.
Menyebut dirinya sebagai pembebas Rusia, kelompok bersenjata itu mengajak warga Rusia untuk angkat senjata dan bergerak melawan pemerintrah.
Mereka juga mengatakan tidak pernah menembak warga sipil.
Penulis : Haryo Jati Editor : Gading-Persada
Sumber : The Independent