> >

Harus Hidupi 102 Anak dan 578 Cucu dari 12 Istri, Pria Gaek Uganda Ini Akhirnya Menyerah Minta Ampun

Kompas dunia | 3 Februari 2023, 04:30 WIB
Musa Hasahya dengan 10 istrinya. Tadinya 12, namun dua istrinya minggat meninggalkan dirinya. Pepatah Afrika mengatakan dibutuhkan sebuah desa untuk membesarkan seorang anak, tetapi dalam kasus Musa Hasahya Kasera, 68 tahun, dia menghasilkan sebuah keluarga yang cukup besar untuk membentuk kampung sendiri, dan dia kini keteteran menghidupi keluarganya. (Sumber: Radio France International)

BUTALEJA, KOMPAS.TV - Pepatah kuno Afrika mengatakan "dibutuhkan sebuah desa untuk membesarkan seorang anak", tetapi dalam kasus Musa Hasahya Kasera, lelaki gaek Uganda ini menghasilkan sebuah keluarga yang cukup besar untuk membentuk kampung sendiri, dan dia kini keteteran menghidupi keluarganya. Luar biasa.

Musa Hasahya Kasera, 68 tahun, punya begitu banyak anak. Dia tidak dapat mengingat sebagian besar nama mereka, sehingga harus mencatat nama-nama mereka secara khusus.

Penduduk desa di Uganda itu berjuang untuk menafkahi keluarga besarnya yang katanya termasuk 12 istri, 102 anak dan 578 cucu. Namun sekarang, dia merasa kewalahan, mengekspresikan ketidakmampuannya seperti laporan Radio France International, Kamis (2/2/2023).

"Awalnya hanya lelucon, tapi sekarang ada masalah," kata pria itu seperti dikutip RFI di wismanya di Desa Bugisa di Distrik Butaleja, daerah pedesaan terpencil di timur Uganda.

"Dengan kesehatan saya yang menurun dan hanya dua hektar tanah untuk keluarga sebesar ini, dua istri saya pergi karena saya tidak mampu membeli kebutuhan dasar seperti makanan, pendidikan, pakaian," aku Musa Hasahya.

Hasahya yang saat ini menganggur tetapi menjadi daya tarik wisata di desanya, mengatakan istri-istrinya sekarang menggunakan alat kontrasepsi untuk menghentikan perluasan keluarga lebih lanjut.

"Istri saya menggunakan kontrasepsi, tetapi saya tidak. Saya tidak berharap memiliki anak lagi karena saya belajar dari tindakan saya yang tidak bertanggung jawab menghasilkan begitu banyak anak sehingga saya tidak dapat merawat mereka."

Anak-anak Hasahya sebagian besar tinggal di sebuah rumah yang bobrok dengan cepat, atap seng bergelombangnya berkarat, atau di sekitar dua lusin gubuk lumpur jerami di dekatnya.

Dia menikahi istri pertamanya tahun 1972 dalam sebuah upacara adat ketika mereka berdua berusia sekitar 17 tahun dan anak pertamanya Sandra Nabwire lahir setahun kemudian.

"Karena kami lahir hanya kami berdua, saya disarankan oleh saudara laki-laki, kerabat, dan teman saya untuk menikah dengan banyak istri untuk menghasilkan banyak anak untuk memperluas warisan keluarga kami," kata Hasahya.

Baca Juga: Menang Lotre Rp479 M dan Tak Ingin Anak-Istrinya Tahu, Pria Ini Ambil Hadiah dengan Menyamar

Hasahya membuka 'buku sakti'nya yang berisi daftar nama seluruh anak dan istrinya, yang dia sendiri terkadang lupa. Pepatah Afrika mengatakan "dibutuhkan sebuah desa untuk membesarkan seorang anak", tetapi dalam kasus Musa Hasahya Kasera, 68 tahun, dia menghasilkan sebuah keluarga yang cukup besar untuk membentuk kampung sendiri, dan dia kini keteteran menghidupi keluarganya. (Sumber: Radio France International)

Jangan berkelahi

Tertarik dengan statusnya sebagai pedagang ternak dan tukang jagal, Hasahya mengatakan penduduk desa akan menawarkan putri mereka untuk menikah, bahkan beberapa di bawah usia 18 tahun.

Pernikahan anak dilarang di Uganda pada tahun 1995, sedangkan poligami diperbolehkan di negara Afrika Timur itu menurut tradisi agama tertentu.

Usia 102 anak Hasahya berkisar antara 10 hingga 50 tahun, sedangkan istri paling muda berusia sekitar 35 tahun.

“Tantangannya adalah saya hanya dapat mengingat nama anak pertama dan terakhir saya, tetapi beberapa anak saya tidak dapat mengingat nama mereka,” katanya sambil mengobrak-abrik tumpukan buku catatan tua dengan tatap nanar untuk mencari detail tentang kelahiran mereka.

"Para ibulah yang membantuku mengidentifikasi mereka."

Tetapi Hasahya bahkan tidak dapat mengingat nama beberapa istrinya, dan harus berkonsultasi dengan salah satu putranya, Shaban Magino, seorang guru sekolah dasar berusia 30 tahun yang membantu menjalankan urusan keluarga dan merupakan salah satu dari sedikit anak yang mendapat pendidikan.

Untuk menyelesaikan perselisihan dalam pengaturan keluarga yang begitu besar, Hasahya mengatakan mereka mengadakan pertemuan keluarga bulanan.

Seorang pejabat lokal yang mengawasi Bugisa, sebuah desa berpenduduk sekitar 4.000 orang, mengatakan bahwa meskipun ada tantangan, Hasahya telah "membesarkan anak-anaknya dengan sangat baik" dan tidak ada kasus pencurian atau perkelahian misalnya.

Baca Juga: Sehidup Semati, Suami Guru yang Tewas di Penembakan SD Texas, Wafat Saat Siapkan Pemakaman Istri

Sebagian kecil dari keturunan Musa Hasayha. Pepatah Afrika mengatakan "dibutuhkan sebuah desa untuk membesarkan seorang anak", tetapi dalam kasus Musa Hasahya Kasera, 68 tahun, dia menghasilkan sebuah keluarga yang cukup besar untuk membentuk kampung sendiri, dan dia kini keteteran menghidupi keluarganya. (Sumber: Radio France International)

'Hampir tidak cukup'

Penduduk Bugisa sebagian besar adalah petani yang terlibat dalam pertanian tanaman skala kecil seperti padi, singkong, kopi, atau beternak sapi.

Banyak anggota keluarga Hasahya mencoba mendapatkan uang atau makanan dengan melakukan pekerjaan rumah untuk tetangga mereka, atau menghabiskan hari-hari mereka mencari kayu bakar dan air, seringkali berjalan jauh dengan berjalan kaki.

Yang di rumah duduk-duduk di pekarangan, ada yang perempuan menganyam tikar atau mengepang rambut, sementara yang laki-laki bermain kartu di bawah naungan pohon.

Ketika makan siang singkong rebus sudah siap, Hasahya melenggang keluar dari gubuk tempat dia menghabiskan sebagian besar harinya, dan memanggil dengan suara memerintah agar keluarga berbaris untuk makan.

"Tapi makanannya hampir tidak cukup. Kami terpaksa memberi makan anak-anak sekali atau dua kali pada hari baik," kata istri ketiga Hasahya, Zabina.

Dia berkata jika dia tahu dia punya istri lain, dia tidak akan setuju untuk menikah dengannya.

"Bahkan ketika saya datang dan pasrah pada nasib saya, dia membawa yang keempat, kelima sampai dia mencapai usia 12 tahun," tambahnya dengan putus asa.

Dua istrinya telah meninggalkan Hasahya, dan tiga lainnya sekarang tinggal di kota lain sekitar dua kilometer jauhnya karena rumahnya yang sesak.

Ketika ditanya mengapa menurutnya lebih banyak istrinya tidak meninggalkannya, Hasahya menyatakan, "Mereka semua mencintaiku, kamu lihat, mereka bahagia!"

 

 

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Vyara-Lestari

Sumber : Kompas TV/Radio France International


TERBARU