> >

Harus Hidupi 102 Anak dan 578 Cucu dari 12 Istri, Pria Gaek Uganda Ini Akhirnya Menyerah Minta Ampun

Kompas dunia | 3 Februari 2023, 04:30 WIB
Musa Hasahya dengan 10 istrinya. Tadinya 12, namun dua istrinya minggat meninggalkan dirinya. Pepatah Afrika mengatakan dibutuhkan sebuah desa untuk membesarkan seorang anak, tetapi dalam kasus Musa Hasahya Kasera, 68 tahun, dia menghasilkan sebuah keluarga yang cukup besar untuk membentuk kampung sendiri, dan dia kini keteteran menghidupi keluarganya. (Sumber: Radio France International)

"Para ibulah yang membantuku mengidentifikasi mereka."

Tetapi Hasahya bahkan tidak dapat mengingat nama beberapa istrinya, dan harus berkonsultasi dengan salah satu putranya, Shaban Magino, seorang guru sekolah dasar berusia 30 tahun yang membantu menjalankan urusan keluarga dan merupakan salah satu dari sedikit anak yang mendapat pendidikan.

Untuk menyelesaikan perselisihan dalam pengaturan keluarga yang begitu besar, Hasahya mengatakan mereka mengadakan pertemuan keluarga bulanan.

Seorang pejabat lokal yang mengawasi Bugisa, sebuah desa berpenduduk sekitar 4.000 orang, mengatakan bahwa meskipun ada tantangan, Hasahya telah "membesarkan anak-anaknya dengan sangat baik" dan tidak ada kasus pencurian atau perkelahian misalnya.

Baca Juga: Sehidup Semati, Suami Guru yang Tewas di Penembakan SD Texas, Wafat Saat Siapkan Pemakaman Istri

Sebagian kecil dari keturunan Musa Hasayha. Pepatah Afrika mengatakan "dibutuhkan sebuah desa untuk membesarkan seorang anak", tetapi dalam kasus Musa Hasahya Kasera, 68 tahun, dia menghasilkan sebuah keluarga yang cukup besar untuk membentuk kampung sendiri, dan dia kini keteteran menghidupi keluarganya. (Sumber: Radio France International)

'Hampir tidak cukup'

Penduduk Bugisa sebagian besar adalah petani yang terlibat dalam pertanian tanaman skala kecil seperti padi, singkong, kopi, atau beternak sapi.

Banyak anggota keluarga Hasahya mencoba mendapatkan uang atau makanan dengan melakukan pekerjaan rumah untuk tetangga mereka, atau menghabiskan hari-hari mereka mencari kayu bakar dan air, seringkali berjalan jauh dengan berjalan kaki.

Yang di rumah duduk-duduk di pekarangan, ada yang perempuan menganyam tikar atau mengepang rambut, sementara yang laki-laki bermain kartu di bawah naungan pohon.

Ketika makan siang singkong rebus sudah siap, Hasahya melenggang keluar dari gubuk tempat dia menghabiskan sebagian besar harinya, dan memanggil dengan suara memerintah agar keluarga berbaris untuk makan.

"Tapi makanannya hampir tidak cukup. Kami terpaksa memberi makan anak-anak sekali atau dua kali pada hari baik," kata istri ketiga Hasahya, Zabina.

Dia berkata jika dia tahu dia punya istri lain, dia tidak akan setuju untuk menikah dengannya.

"Bahkan ketika saya datang dan pasrah pada nasib saya, dia membawa yang keempat, kelima sampai dia mencapai usia 12 tahun," tambahnya dengan putus asa.

Dua istrinya telah meninggalkan Hasahya, dan tiga lainnya sekarang tinggal di kota lain sekitar dua kilometer jauhnya karena rumahnya yang sesak.

Ketika ditanya mengapa menurutnya lebih banyak istrinya tidak meninggalkannya, Hasahya menyatakan, "Mereka semua mencintaiku, kamu lihat, mereka bahagia!"

 

 

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Vyara-Lestari

Sumber : Kompas TV/Radio France International


TERBARU