Putin dan Xi Jinping Berencana Kembali Bertemu, Hubungan Makin Intim
Kompas dunia | 8 September 2022, 10:29 WIBMOSKOW, KOMPAS.TV - Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden China Xi Jinping diperkirakan akan kembali bertemu minggu depan di Uzbekistan, menandakan hubungan yang makin intim antara dua kekuatan yang semakin berhadapan dengan Barat, seperti laporan Associated Press, Kamis, (8/9/2022).
Pertemuan di Organisasi Kerjasama Shanghai, sebuah forum politik, ekonomi dan keamanan yang didominasi China dan Rusia, digelar pada saat-saat sulit bagi kedua pemimpin, dan itu akan menjadi pertemuan tatap muka kedua mereka tahun ini.
Putin berurusan dengan dampak ekonomi dan politik dari perangnya di Ukraina yang membuat Rusia lebih terisolasi, dan makin mendapat tantangan.
Xi menghadapi ketegangan yang meningkat dengan Barat atas status Taiwan, ditambah tudingan atas perlakuan China terhadap Uyghur dan kelompok etnis Muslim lainnya.
Duta Besar Rusia untuk China mengatakan kepada wartawan hari Rabu bahwa keduanya akan bertemu di kota Samarkand di Uzbekistan pada 15-16 September.
Kemudian Putin membenarkan, mengatakan kepada legislator China Li Zhanshu di sebuah forum ekonomi di Rusia bahwa "kita akan segera bertemu dengan Presiden Xi Jinping, saya harap, di Samarkand, Uzbekistan."
Kunjungan ke Uzbekistan, jika dilanjutkan, akan menjadi bagian dari perjalanan luar negeri pertama Xi dalam 2,5 tahun.
Baca Juga: Sempat Membantah, Ukraina Akhirnya Mengaku Serang Pangkalan Militer Rusia di Krimea
Xi hanya meninggalkan daratan China satu kali, untuk melakukan kunjungan satu hari ke kota semi-otonom Hong Kong, sejak wabah Covid-19 meledak pada awal 2020.
Ketika ditanya tentang perjalanan itu pada briefing harian, juru bicara Kementerian Luar Negeri China mengatakan, "Atas pertanyaan Anda, saya tidak punya apa-apa untuk ditawarkan."
Rusia dan China semakin menyelaraskan kebijakan luar negeri mereka untuk menentang kekuatan demokrasi liberal di Asia, Eropa dan sekitarnya, mengambil garis pemerintahan otoriter dengan perbatasan yang ketat dan sedikit memperhatikan kebebasan berbicara, hak-hak minoritas atau politik oposisi.
Militer Rusia mengadakan latihan militer besar-besaran yang berakhir hari Rabu di timur negara itu yang melibatkan pasukan dari China, sebuah pertunjukan lain dari hubungan yang semakin dekat antara keduanya.
Dan pada hari Selasa, Pentagon mengatakan Kementerian Pertahanan Rusia sedang dalam proses pembelian jutaan roket dan peluru artileri dari Korea Utara, sekutu dekat China, untuk pertempuran yang sedang berlangsung di Ukraina.
Para ahli mengatakan para pemimpin Rusia dan China mungkin berharap bahwa pertemuan tersebut akan membantu meningkatkan posisi mereka di dalam dan luar negeri.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Desy-Afrianti
Sumber : Kompas TV/Associated Press