> >

Mengejutkan, Mantan Presiden Moldova Klaim Negaranya Dipersenjatai Barat untuk Lawan Rusia

Kompas dunia | 16 Juli 2022, 15:03 WIB
Ilustrasi. Presiden Moldova Maia Sandu saat mengunjungi Bucha, pinggiran Kiev, Ukraina, 27 Juni 2022. Pada Jumat (15/7/2022), mantan presiden Moldova, Igor Dodon mengkritik kebijakan Sandu yang pro-Barat saat diwawancara kanal televisi Rusia. (Sumber: Nariman El-Mofty/Associated Press)

MOSKOW, KOMPAS.TV - Mantan presiden Moldova, Igor Dodon berpendapat bahwa negaranya dipasok senjata oleh negara-negara Barat untuk dipertentangkan lawan Rusia. Hal tersebut disampaikan Dodon dalam wawancara bersama kanal televisi Rusia Rossiya-24, Jumat (15/7/2022).

Dodon pun mengkritik ambisi politik Chisinau yang mendekatkan diri ke Barat. Menurutnya, ekonomi Moldova selama ini terbantu oleh kerja sama dengan Rusia.

“Kenapa kita butuh senjata saat ini? Jika Anda membeli senjata, itu adalah untuk menembak ke suatu tempat pada waktu tertentu,” kata Dodon kepada Rossiya-24 via TASS.

“Jelas saja, senjata Barat di Moldova tidak dimaksudkan untuk menembaki Barat. Itu dimaksudkan untuk menembak ke Timur (Rusia),” lanjut pemimpin Partai Sosialis Republik Moldova tersebut.

Igor Dodon menjabat pos presiden Molodova pada 2016-2020. Ia dikenal sebagai politikus dengan haluan pro-Rusia.

Baca Juga: Uni Eropa Setuju Ukraina dan Moldova Jadi Kandidat Anggota, Disebut Perkuat Eropa di Hadapan Rusia

Pada pemilihan presiden 2020, Dodon kalah dari Maia Sandu yang kini menjabat presiden. Berseberangan dengan Dodon, kebijakan pemerintahan Sandu dikenal condong pro-integrasi Uni Eropa.

Uni Eropa sendiri menyambut baik kebijakan pemerintahan Sandu yang pro-Barat. Belakangan, Uni Eropa menyetujui bantuan finansial senilai 47 juta euro ke Moldova.

Selain itu, dalam aspek keamanan, NATO juga melirik Moldova. Pada Mei lalu, Menteri Luar Negeri Inggris Raya Elizabeth Truss menyebut sekutu-sekutu NATO hendak mempersenjatai Chisinau, bersama Kiev, dengan senjata standar NATO.

Meskipun demikian, Dodon menganggap kedekatan Chisinau dengan Barat sekarang tidak menguntungkan bagi ekonomi negara itu. Ia menuduh Barat hanya ingin menjadikan Moldova sebagai front geopolitik lawan Rusia.

“Mereka (pemerintah Moldova) berusaha bersikap manis agar dirangkul oleh Barat yang disebut-sebut sebagai mitra kami: Uni Eropa dan Amerika Serikat,” kata Dodon.

“Inilah alasan kenapa, misalnya, Maia Sandu hendak pergi ke Moskow untuk mencapai kesepakatan mengenai gas, mereka (Barat) tidak akan mengizinkannya. Barat ingin Moldova menjadi bagian dari suatu front geopolitik yang terkonsolidasi,” pungkas politikus 47 tahun tersebut.

Baca Juga: Macron Sebut Eropa Harus Bersatu Dukung Ukraina, Singgung Separatis Pro-Rusia di Moldova


 

Penulis : Ikhsan Abdul Hakim Editor : Vyara-Lestari

Sumber : TASS


TERBARU