Harga Gandum Melonjak ke Rekor Tertinggi Dunia, Mi Instan Berpotensi Jadi Makanan Mewah
Kompas dunia | 16 Mei 2022, 19:34 WIBBaca Juga: India Keluarkan Larangan Total Ekspor Gandum, Ini Alasannya
India, yang memiliki stok penyangga utama, sebelumnya mengatakan siap membantu mengisi beberapa kekurangan pasokan yang disebabkan oleh perang Ukraina.
Baru minggu lalu India mengatakan akan mengirim delegasi ke Mesir, Turki dan tempat lain untuk membahas peningkatan ekspor gandum. Tidak jelas apakah kunjungan ini sekarang akan dilanjutkan.
Larangan ekspor mendapat kritik tajam dari negara-negara industri Kelompok Tujuh, yang mengatakan tindakan tersebut akan memperburuk krisis kenaikan harga komoditas.
India mencatat suhu terpanas terjadi di bulan Maret, dan dalam beberapa pekan terakhir disapu gelombang panas terik dengan suhu di atas 45 derajat Celcius.
Fenomena alam itu memukul petani di India utara penghasil gandum, mendorong pemerintah untuk memprediksi produksi akan turun setidaknya lima persen tahun ini dari 109 juta ton pada 2021.
Baca Juga: FAO Peringatkan Konflik Ukraina Bisa Bikin Kerawanan Pangan Global, karena Harga Gandum Melonjak
Direktur Center of Economic and Law Studies Bhima Yudhistira di Jakarta dua hari lalu mengatakan, larangan ekspor gandum yang dikeluarkan India dapat berimbas pada stabilitas pangan dalam negeri.
Sebab, Indonesia mengimpor 11,7 juta gandum setiap tahunnya atau setara dengan USD3,45 milliar. "Jadi kalau India melakukan proteksionisme dengan larang ekspor gandum, sangat berisiko bagi stabilitas pangan dalam negeri," kata Bhima mengutip Kompas.com, Sabtu (14/5/2022).
Terlebih, tahun ini, angka impor tersebut mengalami kenaikan 31,6 persen dari tahun lalu.
Menurut Bhima, larangan ini akan berdampak pada harga di pasar internasional yang sebelumnya telah naik 58,8 persen dalam setahun terakhir.
Dengan kondisi ini, imbas inflasi pangan akan menekan daya beli masyarakat. "Contohnya tepung terigu, mi instan sangat butuh gandum, dan Indonesia tidak bisa produksi gandum," jelas dia.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Hariyanto-Kurniawan
Sumber : Kompas.com/France24