Presiden Sri Lanka Setuju Copot Kakaknya dari Posisi Perdana Menteri sebagai Respons Krisis Ekonomi
Kompas dunia | 30 April 2022, 00:02 WIBKOLOMBO, KOMPAS.TV - Presiden Sri Lanka hari Jumat (29/4/2022) dilaporkan setuju mencopot kakak laki-lakinya dari posisi perdana menteri dalam usulan pembentukan pemerintahan sementara untuk memecahkan kebuntuan politik yang disebabkan oleh krisis ekonomi terburuk negara itu dalam beberapa dekade.
Hal itu diungkap seorang anggota parlemen terkemuka seperti dilaporkan Associated Press, Jumat (29/4/2022).
Presiden Gotabaya Rajapaksa setuju dewan nasional akan ditunjuk untuk mengangkat perdana menteri dan kabinet baru yang terdiri dari semua partai di parlemen, kata anggota parlemen Maithripala Sirisena setelah bertemu dengan presiden.
Sirisena, presiden sebelum Rajapaksa, adalah seorang anggota parlemen partai yang memerintah sebelum membelot awal bulan ini bersama dengan hampir 40 legislator lainnya.
Namun, Rohan Weliwita, juru bicara PM Mahinda Rajapaksa, mengatakan presiden belum mengatakan niat mencopot perdana menteri dan keputusan akan diumumkan jika langkah tersebut diambil.
Sri Lanka hampir bangkrut dan mengumumkan penangguhan pembayaran pinjaman luar negeri hingga selesai merundingkan rencana penyelamatan dengan Dana Moneter Internasional IMF.
Sri Lanka harus membayar utang luar negeri $7 miliar dolar tahun ini, dan $25 miliar pada tahun 2026. Cadangan devisanya sendiri kurang dari $1 miliar dolar AS.
Kekurangan devisa sangat membatasi impor, memaksa rakyat harus mengular dalam antrean panjang untuk membeli kebutuhan pokok seperti makanan, bahan bakar, gas untuk memasak, dan obat-obatan.
Baca Juga: Bank Dunia Kucurkan 600 Juta Dollar AS Bantuan Keuangan ke Sri Lanka untuk Impor Penting
Presiden Rajapaksa dan keluarganya mendominasi hampir setiap aspek kehidupan di Sri Lanka selama hampir 20 tahun terakhir.
Para pengunjuk rasa yang memadati jalan-jalan sejak Maret menganggap mereka bertanggung jawab atas krisis tersebut dan menuntut mereka mundur dari politik.
Pada hari Kamis (28/4), bisnis tutup, guru tidak hadir dan transportasi umum terganggu ketika rakyat Sri Lanka bergabung dalam pemogokan umum untuk menekan presiden agar mundur.
Rajapaksa sebelumnya merombak kabinet dan menawarkan pemerintahan persatuan dalam upaya untuk memadamkan protes, tetapi partai-partai oposisi menolak untuk bergabung dengan pemerintahan yang dipimpin oleh Rajapaksa bersaudara.
Baik presiden maupun perdana menteri mempertahankan posisi mereka, sementara tiga anggota keluarga Rajapaksa lainnya mengundurkan diri dari kabinet pada awal April dalam upaya untuk menenangkan pengunjuk rasa yang marah.
Oposisi yang lemah dan terpecah tidak mampu membentuk mayoritas dan menguasai parlemen sendiri.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Vyara-Lestari
Sumber : Associated Press