> >

Rusia Peringatkan AS agar Berhenti Kirim Senjata ke Ukraina karena akan Jatuh Lebih Banyak Korban

Krisis rusia ukraina | 25 April 2022, 21:18 WIB
Dubes Rusia untuk Amerika Serikat Anatoly Antonov, Senin (25/4/2022), memberi peringatan keras agar Washington berhenti mengirim lebih banyak senjata ke Ukraina. Menurutnya, pengiriman senjata oleh Barat hanya akan membuat parah konflik dan menyebabkan lebih banyak kerugian. (Sumber: Business Insider)

LONDON, KOMPAS.TV - Rusia melalui duta besarnya untuk Amerika Serikat, Senin (25/4/2022), memberi peringatan keras agar Washington berhenti mengirim lebih banyak senjata ke Ukraina.

Menurut laporan Straits Times, Senin, Dubes Anatoly Antonov beralasan, pengiriman senjata besar-besaran oleh Barat hanya akan memperparah konflik dan menyebabkan lebih banyak kerugian.

Amerika Serikat mengesampingkan pengiriman pasukannya sendiri atau NATO ke Ukraina. Tetapi Washington dan sekutu Eropanya memasok senjata ke Kiev dalam bentuk antara lain drone, artileri berat Howitzer, rudal anti-pesawat Stinger dan rudal anti-tank Javelin.

Antonov mengatakan, pengiriman senjata semacam itu ditujukan untuk melemahkan Rusia. Namun hal itu, menurut dia, justru akan meningkatkan konflik di Ukraina sambil merusak upaya untuk mencapai kesepakatan damai.

“Apa yang dilakukan orang Amerika adalah menuangkan minyak ke api,” kata Antonov kepada saluran TV Rossiya 24.

“Saya hanya melihat upaya untuk meningkatkan taruhan, memperburuk situasi, untuk melihat lebih banyak kerugian.”

Antonov, yang menjabat sebagai duta besar untuk Washington sejak 2017 mengatakan, sebuah catatan diplomatik resmi telah dikirim kepada Washington untuk mengungkapkan keprihatinan Rusia.

Tidak ada jawaban yang diberikan, kata Antonov.

"Kami menekankan situasi ini tidak dapat diterima ketika Amerika Serikat membanjiri Ukraina dengan senjata, dan kami menuntut diakhirinya praktik ini," kata Antonov.

Wawancara itu diputar ulang di televisi pemerintah Rusia sepanjang Senin.

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Edy-A.-Putra

Sumber : Kompas TV/Straits Times


TERBARU