> >

Museum Holocaust Israel Minta Miliarder Rusia Roman Abramovich Dikecualikan dari Sanksi AS

Kompas dunia | 4 Maret 2022, 12:32 WIB
Pemilik klub sepak bola Chelsea Roman Abramovich. Foto diambil di Gothenburg, Swedia, pada 16 Mei 2021. (Sumber: AP Photo/Martin Meissner, File)

TEL AVIV, KOMPAS.TV - Museum dan tugu peringatan Holocaust Israel, Yad Vashem, meminta agar miliarder Rusia, Roman Abramovich, dikecualikan dari sanksi yang dijatuhkan Amerika Serikat (AS) kepada Rusia.

The Washington Post, Rabu (2/3/2022), melaporkan, dalam sebuah surat kepada Duta Besar AS Tom Nides, Yad Vashem bersama Rabi Ashkenazi Israel, David Lau, dan Direktur Sheba Medical Center, Yitshak Kreiss, meminta Washington tidak menjatuhkan sanksi kepada Abramovich, donor utama museum Holocaust Israel dan kampanye-kampanye Yahudi lainnya.

Mereka mengatakan, sanksi terhadap Abramovich, pemilik klub Liga Inggris Chelsea dan juga pendukung setia Presiden Rusia Vladimir Putin, akan berdampak buruk bagi institusi-institusi Yahudi yang bergantung pada donasinya.

Kepala Yad Vashem Dani Dayan mengatakan, Abramovich adalah donor pribadi terbesar kedua bagi museum tersebut setelah mendiang Sheldon Adelson dan jandanya, Miriam.

"Tuan Abramovich telah berkontribusi kepada kampanye-kampanye berharga selama lebih dari satu dekade," ungkap Dayan.

"Sejauh yang saya tahu, Tuan Abramovich tidak memiliki hubungan apapun dengan Tuan Putin."

Baca Juga: Zelensky Tiga Kali Jadi Target Pembunuhan Sejak Rusia Serang Ukraina, Bisa Selamat Berkat Hal Ini

Pada Rabu (2/3/2022) lalu, Abramovich mengumumkan akan menjual klub miliknya, Chelsea.

"Dalam situasi saat ini, saya sudah...mengambil keputusan untuk menjual klub ini, karena saya yakin ini yang terbaik bagi kepentingan klub, penggemar, para karyawan, juga sponsor dan mitra klub," kata Abramovich dalam sebuah pernyataan yang diunggah di laman web Chelsea.

Sementara itu, para pejabat Israel sebelumnya telah mengatakan mendukung Ukraina, negara dengan kepala negara Yahudi satu-satunya selain Israel, dan menyebutnya sebagai sekutu.

Namun di saat yang sama, mereka juga khawatir akan membuat tersinggung Rusia, yang mendukung rezim Suriah, negara yang berbatasan langsung dengan Israel di bagian utara.

Rusia secara tidak resmi mengizinkan Israel melakukan serangan terhadap upaya-upaya pengiriman senjata bagi Hizbullah, partai politik dan kelompok militan Syiah yang didukung Iran di Lebanon.

Baca Juga: Diserang Tentara Rusia, Kebakaran PLTN Ukraina Kian Besar dan Bisa Jadi Lebih Parah dari Chernobyl

Sanksi Baru

Pada Kamis (3/3/2022) atau Jumat (4/3/2022) WIB, Gedung Putih mengumumkan sanksi baru bagi sejumlah pengusaha kaya Rusia.

"Hari ini, Amerika Serikat, di bawah koordinasi dengan para sekutu dan mitra, menargetkan elite-elite Rusia lainnya beserta anggota keluarga mereka yang terus mendukung Presiden Putin meskipun dia melakukan invasi brutal terhadap Ukraina," kata Gedung Putih dalam pernyataannya.

Orang-orang kaya Rusia yang masuk dalam daftar sanksi baru AS adalah Nikolai Tokarev, Boris Rotenberg, Arkady Rotenberg, Sergei Chemezov, Igor Shuvalov, Yevgeniy Prigozhin, Dmitry Peskov (juru bicara Presiden Putin), dan Alisher Usmanov.

Gedung Putih juga menerapkan larangan penerbitan visa baru bagi 19 pengusaha kaya Rusia beserta 47 anggota keluarga dan orang dekat mereka.

AS juga menjatuhkan sanksi kepada 26 individu yang berkedudukan di Rusia dan Ukraina, serta tujuh entitas Rusia yang dituding menyebarkan disinformasi untuk mempengaruhi persepsi sebagai bagian dari invasi ke Ukraina.

Baca Juga: Rasisme Media Barat dalam Peliputan Invasi Rusia ke Ukraina

 

Penulis : Edy A. Putra Editor : Desy-Afrianti

Sumber : KOMPAS TV


TERBARU