Rusia Umumkan Penarikan Lebih Banyak Pasukan dari Perbatasan Ukraina Walau Barat Tidak Percaya
Kompas dunia | 18 Februari 2022, 02:35 WIBMOSKOW, KOMPAS.TV - Rusia pada hari Kamis (17/2/2022), mengumumkan penarikan lebih banyak pasukan dari perbatasan Ukraina saat Washington bersikeras Moskow masih membangun kekuatan untuk menginvasi Ukraina, tetangganya yang pro-Barat, seperti dilaporkan France24.
Setelah Rusia mengumumkan penarikan awal pekan ini, Amerika Serikat, NATO dan Ukraina semua mengatakan mereka tidak melihat bukti penarikan pasukan dari perbatasan.
Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan unit-unit distrik militer selatan kembali ke pangkalan mereka dari Krimea, dan unit-unit tank dari distrik militer barat telah berangkat dengan kereta militer ke pangkalan mereka yang jauhnya 1.000 kilometer.
Rusia tidak memberikan perincian tentang jumlah pasukan atau peralatan tertentu yang terlibat.
Para pejabat Barat mengatakan Rusia menggelar lebih dari 100.000 tentara dan perangkat keras militer yang signifikan di dekat perbatasan Ukraina, mampu melakukan invasi besar-besaran, yang menurut Washington dapat terjadi "kapan saja".
Rusia mengatakan latihan militer "skala besar" sedang berlangsung di berbagai daerah, termasuk di dekat Ukraina, tetapi belum memberikan angka spesifik. Rusia telah berulang kali membantah tudingan tentang adanya rencana invasi ke Ukraina.
Peningkatan pasukan dan ancaman Barat untuk menanggapi invasi dengan sanksi ekonomi yang menyakitkan membuat ketegangan antara Moskow dan Barat ke titik didih tertinggi sejak berakhirnya Perang Dingin.
Upaya diplomatik yang intens, termasuk pertemuan dan panggilan telepon berulang antara Presiden Vladimir Putin dan para pemimpin Barat, tidak banyak membantu meredakan krisis.
Baca Juga: Pejabat AS: Rusia Tambah 7.000 Tentara Lagi di Dekat Perbatasan Ukraina
Menteri Luar Negeri Inggris Liz Truss, yang dijadwalkan berada di Kyiv pada hari Kamis memperingatkan bahwa krisis itu berisiko menjadi makin runyam.
"Moskow bisa menyeret krisis menjadi lebih lama dengan taktik kurang ajar, yaitu menghabiskan berminggu-minggu, jika tidak berbulan-bulan, untuk menumbangkan Ukraina dan memecah belah persatuan Barat," tulisnya di Daily Telegraph.
Seorang pejabat senior Gedung Putih pada hari Rabu mengatakan, pengumuman penarikan Rusia adalah "palsu". Gedung Putih menuduh Moskow meningkatkan kehadirannya di perbatasan dengan "sebanyak 7.000 tentara".
Kepala NATO Jens Stoltenberg dan pejabat Barat lainnya juga mengatakan mereka tidak melihat tanda-tanda penarikan, dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan Kyiv hanya mengamati "rotasi kecil" yang tidak menandakan perubahan nyata.
Saat memimpin Hari Persatuan Nasional, Zelensky menyaksikan tentara Ukraina berlatih dengan senjata antitank baru yang dipasok Barat dan mengunjungi kota garis depan Mariupol.
"Kami tidak takut pada siapa pun, pada musuh mana pun," kata Zelensky. "Kami akan membela diri."
Sementara, pejabat Rusia menuduh Barat memprovokasi "histeria" dengan klaim Rusia merencanakan invasi atas Ukraina.
Bahkan pejabat Ukraina memperingatkan bahwa beberapa langkah Barat, termasuk AS yang memindahkan kedutaannya dari Kyiv ke kota barat Lviv, tidak dapat dibenarkan dan justru membantu menyebarkan kepanikan.
Di perbatasan Ukraina dan Belarusia, tempat pasukan Rusia dan Belarusia melakukan latihan gabungan besar, warga khawatir terjebak di tengah bentrokan antar kekuatan besar.
"Ukraina dapat memulai sesuatu, terima kasih kepada Amerika dan Inggris, yang membawa semua senjata mereka ke sini," kata Lidiya Silina, 87, di gubuk kayu hijaunya di dekat perbatasan. "Bagi mereka, Ukraina hanyalah medan pertempuran dengan Rusia."
Baca Juga: Rusia Tarik Sebagian Pasukan dari Ukraina, NATO Belum Puas: Belum Ada Tanda Deeskalasi
Latihan bersama di Belarus, yang menurut Amerika Serikat melibatkan sekitar 30.000 tentara Rusia, akan berakhir pada hari Minggu (20/2/2022).
Rusia menegaskan pasukannya akan kembali ke pangkalan setelah latihan, sehingga penarikan signifikan awal pekan depan dapat menjadi awalan agar krisis mereda.
Rusia menyalahkan Barat karena memprovokasi ketegangan, dengan mengatakan Washington dan sekutu Eropanya terlalu lama mengabaikan masalah keamanan yang berada tepat di pintu depan Moskow.
Putin menuntut agar Ukraina selamanya dilarang bergabung dengan NATO dan agar aliansi itu menarik mundur pasukan di dekat perbatasan Rusia.
Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengatakan pada hari Kamis bahwa Moskow akan mengirim jawaban atas proposal Amerika Serikat tentang keamanan Eropa.
Para pemimpin Uni Eropa, yang sudah berkumpul di Brussel untuk pertemuan puncak dengan rekan-rekan Afrika mereka, akan mengadakan pembicaraan dadakan hari Kamis tentang Rusia dan Ukraina.
Sebuah pertemuan Dewan Keamanan PBB juga dijadwalkan pada hari Kamis untuk membahas krisis tersebut.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Hariyanto-Kurniawan
Sumber : France24