Presiden Amerika Serikat Bertemu Emir Qatar Bahas Potensi Krisis Gas Eropa Bila Rusia Serang Ukraina
Kompas dunia | 31 Januari 2022, 19:23 WIBWASHINGTON, KOMPAS.TV — Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden menjamu Emir Qatar, pemimpin emirat yang sangat kaya gas alam pada Senin (31/1/2022), untuk mendorong negara itu berbuat lebih banyak dalam membantu Barat menghadapi prospek krisis energi Eropa jika Rusia menginvasi Ukraina, seperti dilansir Associated Press, Senin.
Qatar memainkan peran sentral dalam membantu evakuasi warga sipil Afghanistan yang selama ini membantu koalisi pimpinan AS di Afghanistan, warga sipil AS, dan dunia internasional.
Qatar juga menjadi tuan rumah pangkalan udara AS di Timur Tengah, dan berperan sebagai perantara dengan Taliban selama tiga pemerintahan terakhir AS saat mereka mencoba untuk meredakan perang terpanjang Amerika.
Sekarang, dengan sekitar 100.000 tentara Rusia berkumpul di perbatasan Ukraina, para ahli mengatakan, Qatar sebagai pengekspor gas alam cair (LNG) terbesar kedua di dunia, sangat ingin kembali membantu Biden.
Namun, Qatar diperkirakan hanya dapat menawarkan bantuan terbatas jika Rusia semakin mengganggu aliran pasokan energi ke Eropa.
“Qatar melihat ini sebagai peluang untuk lebih meningkatkan hubungannya dengan Amerika Serikat setelah Afghanistan,'” kata Yesar Al-Maleki, seorang ekonom energi di Middle East Institute di Washington.
“Tapi itu akan sangat sulit dilakukan karena tidak ada kelebihan pasokan.”
Qatar sudah berproduksi dengan kapasitas penuh di mana sebagian besar pasokannya dibeli negara-negara Asia.
Bahkan jika beberapa sekutu Pasifik Amerika Serikat, seperti India, Jepang dan Korea Selatan, bisa dibujuk mengalihkan beberapa pesanan LNG mereka ke Eropa, itu hanya akan berdampak kecil dalam meredakan pukulan, menurut analis energi.
Gedung Putih mengatakan, Joe Biden dan Emir Tamim bin Hamad Al Thani juga akan menggunakan pertemuan pada Senin itu untuk membahas keamanan Timur Tengah dan situasi di Afghanistan, di mana kondisi kemanusiaan memburuk setelah penarikan militer Amerika Serikat tahun lalu dan pengambilalihan Taliban atas Afghanistan.
Baca Juga: Qatar Airways Makin Sengit kepada Airbus, Tunjukkan Kualitas Cat Airbus A350 lewat Video
Tetapi upaya menyusun rencana darurat jika Rusia bergerak untuk memotong pasokan gas ke Eropa adalah masalah yang paling mendesak dalam agenda mereka.
Harga gas alam berjangka melonjak pekan lalu di tengah meningkatnya kekhawatiran pasar akan potensi konflik yang dapat mengganggu ekspor Rusia yang transit melalui Ukraina ke Eropa.
Krisis diperburuk Rusia, yang biasanya memasok sekitar 40 persen pasokan gas alam Eropa, kini mengurangi ekspornya sebesar 25 persen pada kuartal keempat tahun 2021 dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2020 meskipun harga di seluruh dunia tinggi.
Setiap invasi Rusia ke Ukraina hampir pasti akan memicu sanksi ekonomi dari Amerika Serikat dan sekutu Eropanya.
Itu dapat menyebabkan kekurangan minyak dan gas di seluruh dunia dan, berkemungkinan besar, harga energi menjadi lebih tinggi sehingga dapat mengguncang perekonomian global.
Rusia berulang kali mengatakan tidak berniat menginvasi Ukraina bahkan ketika pemerintahan Biden memperingatkan aksi militer bisa bersifat “segera.”
Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov menepis kekhawatiran bahwa Rusia dapat memotong pasokan gas Eropa sebagai "histeria palsu."
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Edy-A.-Putra
Sumber : Kompas TV/Associated Press