Kisah Memilukan Ibu Satu Anak di India yang Digunduli, Dipukuli, Diperkosa Ramai-ramai, lalu Diarak
Kompas dunia | 29 Januari 2022, 05:45 WIBNEW DELHI, KOMPAS.TV - Ini adalah rangkaian peristiwa memilukan yang menimpa seorang ibu berusia 20 tahun. Perempuan bersuami dan telah memiliki satu anak perempuan berusia dua tahun itu diculik, disekap, disiksa, diperkosa beramai-ramai, direndahkan, digunduli dan dilumuri tinta hitam seluruh wajahnya, lalu diarak ke jalan raya oleh sebuah keluarga di India.
Pada sore hari tanggal 27 Januari, sebuah ruangan kecil di Kasturba Nagar Delhi tampak terbengkalai. Sebuah lemari es tergeletak di lantai, beberapa bungkus obat tampak berserakan di tempat tidur.
Sebuah foto berbingkai seorang laki-laki tergantung di dinding, berlabel “Ayush Nahariya, Meninggal 12/11/2021”. Hampir persis di bawah foto ini ada segenggam rambut di lantai, dilingkari dengan kapur kuning.
“Rambut ini milik Nitya (nama disamarkan). Di sinilah mereka menyerang, melukai, dan menyiksanya,” kata seorang tetangga seperti dilansir Newslaundry, Jumat (28/1/2022).
Beberapa jam sebelumnya pagi itu, sebuah video viral di media sosial.
Video itu memperlihatkan Nitya, berusia 20 tahun, mengenakan salwar kameez merah muda, diarak di jalan di Kasturba Nagar Delhi. Rambut di kepalanya dicukur paksa, wajahnya menghitam dilumuri tinta, dan lehernya dibebani oleh kalung berikatkan banyak sepatu. Singkatnya Nitya dihinakan di depan umum.
Rekaman video itu menunjukkan sosik Nitya yang tampak hancur runtuh, menangis dan memohon-mohon belas kasihan ketika kerumunan di sekitarnya, yang kebanyakan perempuan, menamparnya dengan sandal mereka, sementara penonton bertepuk tangan dan bersorak sorai.
Video itu diambil sekitar pukul 12 siang pada 26 Januari. Sesaat sebelumnya, Nitya diduga diculik, dipukuli, disiksa, digunduli, dan diperkosa, serta dihinakan, seperti terlihat dalam rekaman video pelaku di dalam sebuah rumah, yang rekaman videonya tidak dapat KompasTV tampilkan di sini.
Baca Juga: Miris, Ibu Muda Satu Anak di India Diperkosa Ramai-Ramai, Dipukuli, Digunduli, lalu Diarak di Jalan
Kepolisian Delhi sudah menjadikan tersangka 11 orang terduga pelaku peristiwa memilukan tersebut.
Dua orang melarikan diri dan sembilan ditangkap, termasuk tujuh perempuan dan dua anak laki-laki di bawah umur, atas tuduhan pemerkosaan, penyerangan seksual, penyiksaan, penculikan, dan penyekapan.
Polisi tidak mengungkapkan nama atau usia para tersangka.
Menurut R Sathiyasundaram, wakil komisaris polisi di kantor polisi Shahdara, Nitya mengungkap perilaku kekerasan seksual yang dilakukan para laki-laki anggota keluarga pelaku, termasuk anak di bawah umur.
“Para laki-laki melakukan itu padanya (Nitya) di depan ibu, bibi, dan perempuan lain dalam keluarga mereka.”
"Pemeriksaan medis gadis itu sudah selesai," tambah Sathiyasundaram. “Kami telah mengambil pernyataan (korban) dan kami sedang menunggu laporan lengkapnya. Korban saat ini berada di rumah aman di Delhi.”
Newslaundry yang dikutip KompasTV berbicara dengan saudara perempuan dan anggota keluarga Nitya untuk merangkai kepingan fakta tentang apa yang terjadi.
Para tersangka pelaku semuanya berasal dari keluarga yang sama. Rumah mereka sekarang ditinggalkan, dan anggota keluarga mereka yang lain, sudah kabur tidak dapat dilacak.
Baca Juga: Gara-Gara Pakai Hijab, Mahasiswi di India Dilarang Masuk Kelas
Petaka Keji 26 Januari
Nitya tinggal bersama suami, anak, dan mertuanya di Karkardooma. Sementara sang adik, Aditi (nama disamarkan), berusia 18 tahun, tinggal di Kasturba Nagar bersama ayah mereka, sekitar empat kilometer jauhnya dari rumah Nitya.
Pada pagi hari tanggal 26 Januari, Aditi naik becak kayuh ke rumah kakaknya untuk menyerahkan sekarung gandum kepada Nitya.
Aditi mengatakan kepada Newslaundry, ketika dia menuju ke rumah Nitya, dia tidak sadar sedang diikuti oleh empat orang yang mengendarai mobil, yaitu Manjeet, Karan, Akshay dan Lucky.
Mereka berempat adalah tetangga Nitya dan juga menjadi tersangka pelaku kekejian tersebut. Newslaundry tidak dapat memverifikasi usia mereka.
“Saat saya sampai, adik saya turun,” kata Aditi. “Segera, para laki-laki itu memasukkannya ke dalam mobil mereka dan melaju pergi. Mereka juga menyambar ponsel saya. Saya meraih bayi keponakan perempuan saya dan bergegas kembali ke rumah.”
Aditi kembali ke rumahnya sendiri di Kasturba Nagar, berharap menemukan adiknya di sana. Tapi tidak ada tanda-tanda dia.
“Saya sangat takut,” katanya, “tetapi dalam beberapa menit, saya mulai mendengar keributan di luar. Saya bersembunyi di dalam rumah dan melihat semuanya melalui celah di dinding.”
Melalui celah itu, Aditi bisa melihat jalan di seberang rumahnya, di mana dia melihat sekelompok orang, kebanyakan perempuan, menyeret Nitya dan memukulinya.
“Mereka menggunduli semua rambutnya dan membuat wajahnya menghitam dengan dilumuri tinta, saya pikir,” katanya. “Kakak saya menangis tetapi tidak ada yang membantunya.”
Setelah beberapa menit, Aditi mengatakan dia berlari ke rumah tetangga dan menelepon polisi.
Polisi tiba dalam "10-15 menit", katanya, "menyelamatkan" Nitya, dan membawanya ke kantor polisi Shahdara. Dia tidak melihat polisi membawa orang lain pergi, dan polisi menolak untuk membocorkan rinciannya kepada reporter ini.
"Saya berbicara dengan saudara perempuan saya selama beberapa menit sebelum mereka membawanya pergi," katanya. “Saat itu, dia (Nitya) memberi tahu saya ‘mere saath galat hua hai’”. Mereka melakukan hal-hal buruk kepada saya, ungkapan sehari-hari di Delhi untuk kekerasan seksual.
Seperti yang dikatakan Sathiyasundaram kepada Newslaundry, polisi kemudian melakukan pemeriksaan medis, mencatat pernyataan Nitya, dan menempatkannya di “rumah aman di Delhi”.
Baca Juga: Politikus India Dihujat gara-gara Bercanda soal Pemerkosaan
Sejarah Intimidasi
Aditi tinggal bersama ayahnya, 42 tahun, yang biasa menyetir mobil hingga mengalami kecelakaan. Ibu mereka meninggal karena serangan jantung Oktober lalu.
“Dia dulunya seorang pengemudi mobil tetapi empat tahun lalu mengalami kecelakaan. Sejak itu dia tidak bisa berjalan,” katanya.
Seorang kerabat mengatakan ingatan sang ayah “juga telah terpengaruh”. Ketika mengunjungi rumah mereka, sang ayah berbaring di tempat tidur, foto istrinya tergantung di dinding dekatnya.
Lucky, Manjeet, Akshay dan Karan tinggal di seberang jalan bersama keluarga mereka, termasuk terdakwa lainnya. Keempatnya bersaudara dan, menurut tetangga, permusuhan antara kedua keluarga itu semakin dalam.
Cerita bermula dari Ayush Nahariya, anggota keluarga dari 11 orang yang kini ditangkap polisi. Ayush "jatuh cinta" dengan Nitya, menurut Aditi.
“Kakak saya menikah pada 2018,” katanya. “Ayush jatuh cinta padanya. Dia terus menelepon dan memintanya meninggalkan suaminya untuk bersamanya. Dia (Nitya) selalu menolak.”
Pada 12 November tahun lalu, Ayush meninggal karena bunuh diri.
Saat itulah bencana dan malapetaka bagi Nitya dimulai.
“Mereka menyalahkan saudara perempuan saya atas kematian Ayush,” kata Aditi, merujuk pada keluarga Ayush, “dan mulai melampiaskan kemarahan mereka kepada kami.”
Menyebut nama Lucky, Manjeet, Akshay dan Karan, Aditi menuduh mereka pernah mengancamnya.
“Saya dulu bekerja di toko. Mereka datang ke sana dan membuat keributan dan saya berhenti kerja di sana,” katanya. “Mereka akan pulang dan memberi tahu saya bahwa mereka akan memperkosa saya. Suatu kali mereka datang dengan membawa tongkat pemukul.”
Dia menambahkan, “Saya telah menelepon polisi dua hingga tiga kali ketika itu terjadi. Saya pergi ke stasiun Vivek Vihar dan mengajukan keluhan sekali. Suatu kali polisi datang dan memperingatkan orang-orang itu tetapi tidak ada yang terjadi. Saya tidak pernah berpikir mereka akan melakukan ini pada kami."
Baca Juga: Mencoba Lakukan Pemerkosaan, Pria Ini Dihukum 6 Bulan Cuci Semua Baju Perempuan di Desanya
Pekan lalu, pada 19 Januari, keempatnya diduga membakar becak motor milik ayah Nitya, menurut paman Nitya.
“Ini adalah satu-satunya penghasilan mereka,” katanya. “Setelah ayah Nitya lumpuh, dia menyewakan becak motornya dan menghasilkan 300 rupee sehari.”
Bibi Nitya, yang datang berkunjung setelah pembakaran, mengatakan dia juga diserang secara fisik oleh sekelompok perempuan yang merupakan anggota keluarga Ayush.
“Mereka menjambak rambut saya, memukuli saya dan menyeret saya,” katanya. “Itu sangat menakutkan. Aku sangat takut pada kedua perempuan itu.”
Aditi memperdengarkan tiga rekaman pembicaraan telepon, konon antara dia dan Manjeet. Menurut Aditi, panggilan tersebut terjadi seminggu setelah Ayush bunuh diri November lalu.
Newslaundry tidak dapat memverifikasi rekaman tersebut, tetapi Aditi menuduh Manjeet jatuh cinta padanya, dan memanggilnya dengan ancaman dan peringatan.
Dalam salah satu rekaman, terdengar suara laki-laki diidentifikasi Aditi sebagai Manjeet, dan dia mengatakan, “Sekitar pukul 2.30 dini hari, Lucky atau saya akan dikirim ke rumah Anda. Saya menelepon untuk memberitahu Anda untuk tidak membuka pintu ketika seseorang mengetuk. Anda mengatakan bahwa Anda akan memberikan nomor saya kepada polisi, maka saya akan membakar Anda. Saya mengatakan ini kepada Anda karena Anda dekat dengan saya, jika tidak, saya tidak akan menelepon.”
Dia menambahkan, “Jangan main-main denganku. Sesuatu yang sangat salah akan terjadi jika saya datang ke sana dan saya tidak ingin itu terjadi...Saya tidak ingin merusak nama Anda. Waspada saja jam 2..."
Di sebagian besar rekaman, terdengar Aditi berkata, “Kenapa kamu mengganggu?...Aku tidak ada hubungannya dengan kamu...Karena kamu, aku akan segera menikah.” Aditi juga terus-menerus mengulangi, "Tolong jangan rusak reputasi saya."
Ketika Newslaundry bertemu dengan tetangga di daerah itu, kebanyakan dari mereka terlalu takut untuk berbicara secara terbuka.
Beberapa dari mereka mengatakan, dengan syarat anonim, bahwa Manjeet, Akshay, Lucky dan Karan sering berurusan dengan obat-obatan terlarang dan minuman keras.
“Kadang-kadang, polisi juga datang untuk razia,” kata seorang tetangga. “Tapi kami biasa mendengar orang-orang itu mengatakan bahwa polisi juga membeli alkohol dari mereka.”
Saat ini, rumah milik Manjeet, Lucky, Karan, Akshay dan terdakwa lainnya telah kosong ditinggalkan.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Hariyanto-Kurniawan
Sumber : Kompas TV/Newslaundry