Peneliti Kanada Sebut Perempuan Lebih Rawan Mati jika Dioperasi Laki-Laki
Kompas dunia | 5 Januari 2022, 01:30 WIBYOGYAKARTA, KOMPAS.TV - Perempuan yang dioperasi ahli bedah laki-laki lebih berpeluang untuk mati, mengalami komplikasi, atau dirawat inap kembali dibanding jika dioperasi ahli bedah perempuan.
Kesimpulan tersebut didapat peneliti asal Kanada melalui analisis terhadap sampel 1,3 juta pasien.
Menurut penelitian itu, perempuan yang dioperasi laki-laki dibanding sesama perempuan peluang kematiannya lebih besar 32 persen, dan 15 persen lebih rentan mendapatkan hasil operasi yang buruk.
Angela Jerath, epidemiolog klinis yang terlibat penelitian, mengungkapkan hipotesis bahwa ada “bias implisit” yang membedakan hasil operasi tenaga medis perempuan dan laki-laki terhadap pasien perempuan.
“Hasil (penelitian) ini memuat konsekuensi medis nyata bagi pasien perempuan dan dimanifestasikan dalam komplikasi, readmisi ke rumah sakit, dan kematian yang lebih banyak terhadap (pasien) perempuan dibanding laki-laki,” kata Jerath dikutip The Guardian.
“Kami mendemonstrasikan dalam paper kami bahwa kita telah gagal menangani sebagian pasien perempuan dan sebagian dirugikan secara sia-sia dengan konsekuensi yang tak patut dan, terkadang, fatal,” imbuhnya.
Baca Juga: Komnas Perempuan Minta Partai Pendukung Pemerintah Dukung RUU TPKS
Jerath dan 13 koleganya menganalisis catatan operasi 1.320.108 pasien di Ontario, Kanada yang menempuh 21 jenis prosedur operasi umum oleh 2.937 ahli bedah pada 2007-2018.
Operasi-operasi tersebut merentang dari tindakan umum seperti bedah usus buntu hingga operasi rumit seperti bedah otak dan perbaikan aneurisma.
Tim peneliti kemudian menganalisis jenis kelamin pasien serta ahli bedah dan bagaimana prosedur operasi dijalankan.
Prosedur operasi dan tingkat pendidikan yang ditempuh antara ahli bedah perempuan dan laki-laki yang diteliti tak berbeda.
Jerath dan koleganya menemukan bahwa pasien laki-laki mendapatkan hasil operasi sama tak peduli jenis kelamin ahli bedahnya.
Sebaliknya, perempuan mendapatkan hasil operasi lebih baik jika ahli bedahnya sama-sama perempuan.
Hasil penelitian ini dirilis dalam jurnal JAMA Surgery pada 8 Desember 2021.
Baca Juga: Dokter Ahli Bedah Meninggal Karena Terpapar Covid-19
“Hasil (penelitian) ini mengkhawatirkan karena seharusnya tidak ada perbedaan berdasarkan jenis kelamin terhadap hasil operasi pasien terkait jenis kelamin ahli bedah,” kata Jerath.
“Pada tingkat makro, hasil (penelitian) ini mengganggu. Ketika ahli bedah perempuan mengoperasi, hasil (operasi) pasien umumnya lebih baik, khususnya terhadap perempuan, bahkan setelah menyesuaikan (data) berdasarkan status kesehatan kronis, usia, dan faktor lain ketika menempuh prosedur yang sama,” imbuhnya.
Jerath mengakui bahwa, secara individual, ada ahli bedah laki-laki dengan hasil konsisten pada pasien laki-laki maupun perempuan. Namun, mereka menggarisbawahi tren umum hasil operasi antara dua jenis kelamin berbeda yang mengkhawatirkan.
Jerath dan koleganya pun membuat sejumlah hipotesis untuk menjelaskan fenomena ini. Penjelasan yang mungkin di antaranya adalah “bias implisit”, yaitu “suatu tindakan, stereotipe, dan sikap bawah sadar, bias yang mendarah-daging.”
Selain itu, peneliti juga menduga perbedaan komunikasi dan kemampuan interpersonal antara ahli bedah laki-laki dan perempuan bisa menjadi salah satu faktor.
Faktor lainnya adalah perbedaan cara kerja, pengambilan keputusan, serta penilaian antara ahli bedah laki-laki dan perempuan.
Baca Juga: Kronologi Robby Purba Idap Tumor Payudara, Begini Kondisinya Usai Jalani Operasi
Penulis : Ikhsan Abdul Hakim Editor : Edy-A.-Putra
Sumber : Kompas TV