Aktivis AS Desak Tesla Tutup Showroom di Xinjiang
Kompas dunia | 4 Januari 2022, 19:53 WIBURUMQI, KOMPAS.TV - Aktivis asal Amerika Serikat (AS) mendesak Tesla menutup showroom yang belum lama dibuka di provinsi Xinjiang, China. Kalangan aktivis mengingatkan dugaan genosida Uighur oleh pemerintah China.
Showroom Tesla sendiri baru dibuka pada Jumat (31/12/2021) lalu. Produsen mobil listrik itu membangun showroom baru di Urumqi, kota terbesar sekaligus ibu kota Xinjiang.
Pada Senin (3/1), organisasi Dewan Hubungan Amerika-Islam mendesak Elon Musk dan Tesla segera menutupnya.
Organisasi itu menyebut Tesla “memberikan dukungan ekonomi terhadap genosida (Uighur).”
“Tidak ada perusahaan Amerika yang berhak berbisinis di wilayah yang menjadi titik pusat kampanye genosida dengan target etnis dan penganut agama minoritas,” kata Ibrahim Hooper, direktur komunikasi organisasi tersebut.
Kalangan aktivis kemanusiaan kerap mengkritik perusahaan besar AS yang tetap berbisnis di Xinjiang, mengesampingkan dugaan pelanggaran hak asasi manusia.
Baca Juga: China Kecam UU AS soal Larangan Impor dari Xinjiang yang Baru Diteken Biden
Pemerintah AS sendiri telah mengambil langkah tegas atas dugaan tersebut. Per Desember lalu, Washington melarang impor dari provinsi Xinjiang, menyinggung dugaan kerja paksa di wilayah itu.
Sebaliknya, pemerintah China membantah AS dan merisak perusahaan yang secara terbuka menyorot dugaan pelanggaran hak asasi manusia di Xinjiang.
Pada Desember lalu, Intel meminta maaf usai meminta pemasok mereka menghindari pasokan dari Xinjiang. Produk Intel diancam boikot di China gara-gara kebijakan tersebut.
Pada Jumat (31/12) lalu, Beijing juga mengancam hendak memboikot Walmart. Pasalnya, sejumlah konsumen mengeluh tidak bisa menemukan barang dari Xinjiang di outlet mereka.
Xinjiang sendiri selama ini memiliki showroom dari perusahaan otomotif multinasional seperti Volkswagen, General Motors, dan Nissan.
Hingga berita ini diturunkan, Tesla belum menanggapi permintaan aktivis. China merupakan salah satu pasar terbesar perusahaan milik Elon Musk tersebut.
Baca Juga: China Balas Sanksi AS Terkait Xinjiang, Larang dan Bekukan Aset Pejabat Washington
Penulis : Ikhsan Abdul Hakim Editor : Vyara-Lestari
Sumber : Associated Press