Abdalla Hamdok, PM Sudan Lulusan Manchester, Mundur Karena Tak Tahan Kemelut Politik
Kompas dunia | 3 Januari 2022, 14:09 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV- Perdana Menteri (PM) Sudan Abdalla Hamdok mengatakan mundur dari kursi kekuasaannya pada Minggu (2/1/2022). Dia mundur tepat sehari setelah ulang tahunnya yang ke 66.
Hamdok mundur enam pekan setelah kembali ke jabatannya dalam kesepakatan dengan para pemimpin kudeta militer.
Dalam kesepakatan itu Hamdok mengatakan bahwa dia dapat menyelamatkan transisi menuju demokrasi.
Sebelumnya, Hamdok ditangkap oleh kekuasaan militer dalam sebuah aksi kudeta pimpinan Abdel Fatah Al- Burhan.
Dalam kesepakatan dengan militer, Hamdok gagal membentuk pemerintahan yang stabil. Hal itu diiringi dengan aksi unjuk rasa terus menerus yang digelar dua kekuatan, sipil dan militer.
Namun aksi yang terus menerus itu membuat Hamdok tak tahan. "Saya memutuskan untuk mengembalikan tanggung jawab dan mengumumkan pengunduran diri saya sebagai perdana menteri, dan memberikan kesempatan kepada siapa pun dari negara mulia ini untuk membantu negara ini melewati masa transisi menuju negara sipil yang demokratis," kata Hamdok dalam pidato yang disiarkan televisi.
Baca Juga: Sudan Memanas, Perdana Menteri Abdalla Hamdok Mengundurkan Diri
Pengumuman itu membuat masa depan politik Sudan semakin dalam ke arah ketidakpastian, tiga tahun setelah pemberontakan yang menyebabkan penggulingan pemimpin lama Omar al-Bashir.
Sebelum menjabat sebagai PM, reputas Hamdok sebagai ekonomi sangat dihargai. Dia adalah menteri keuangan di era Presiden Omar al-Bashir.
Di antara reformasi ekonomi yang dijalankan Hamdok adalah penghapusan subsidi bahan bakar yang mahal dan devaluasi mata uang yang tajam. Itu memungkinkan Sudan untuk memenuhi syarat untuk mendapatkan bantuan utang luar negeri setidaknya 56 miliar dolar AS (Rp797 triliun).
Penulis : Iman-Firdaus
Sumber : Kompas TV