> >

Arab Saudi Umumkan Komitmen Nol Emisi Karbon pada Tahun 2060

Kompas dunia | 24 Oktober 2021, 00:05 WIB
Kilang minyak Dhahran, Arab Saudi. Arab Saudi menyatakan komitmen untuk meraih nol emisi karbon, atau menghilangkan emisi pemanasan global di dalam perbatasannya, pada tahun 2060 seperti dilansir Bloomberg, Sabtu, (23/10/2021). (Sumber: Ahmad el Itani/Saudi Aramco)

RIYADH, KOMPAS.TV - Arab Saudi menyatakan komitmen untuk meraih nol emisi karbon, atau menghilangkan emisi pemanasan global di dalam perbatasannya, pada tahun 2060 seperti dilansir Bloomberg, Sabtu, (23/10/2021).

Kerajaan Arab Saudi, juga mengatakan akan bergabung dengan upaya global untuk mengurangi emisi metana hingga 30 persen pada tahun 2030.

Keputusan tersebut merupakan perubahan haluan bagi pengekspor minyak terbesar dunia, yang pemerintahnya secara konsisten menentang pemotongan investasi bahan bakar fosil dan menyalahkan aktivis iklim atas lonjakan harga energi tahun ini.

“Saya mengumumkan hari ini target Arab Saudi untuk mencapai emisi nol pada tahun 2060 melalui pendekatan ekonomi karbon sirkular,” kata Putera Mahkota Mohammed bin Salman dalam sebuah pernyataan yang direkam di forum “Saudi Green Initiative” seperti dilansir France24, Sabtu (23/10/2021).

"Saya bersenang hati meluncurkan inisiatif di sektor energi yang akan mengurangi emisi karbon sebesar 278 juta ton per tahun pada tahun 2030, sehingga secara sukarela menjadi lebih dari dua kali lipat dari target yang diumumkan," kata Pangeran Mohammed bin Salman pada pembukaan Saudi Green Initiative, Sabtu, (23/10/2021). (Sumber: Bandar al-Jaloud/Saudi Royal Palace Photo)

"Kami bersama ini juga mengumumkan bergabungnya kami ke Ikrar Metana Global."

Sebuah pernyataan mengatakan Arab Saudi akan berkontribusi untuk mengurangi emisi metana global sebesar 30 persen pada tahun 2030, sebagai bagian dari komitmennya untuk memberikan masa depan yang lebih bersih dan lebih hijau.

"Target 2060 akan memungkinkan kita untuk memiliki transisi yang mulus dan layak, tanpa mempertaruhkan dampak ekonomi atau sosial," ucap Menteri Energi Pangeran Abdulaziz bin Salman dalam konferensi tersebut.

Pengumuman itu datang sehari setelah Sekjen PBB Antonio Guterres mengatakan situasi iklim saat ini adalah "tiket satu arah untuk bencana", seraya menekankan perlunya semua pihak "menghindari kegagalan" pada konferensi iklim COP26 di Glasgow.

Gembong OPEC di jazirah Arab itu akan mengurangi emisi dengan cara menghasilkan setengah dari energinya dari energi terbarukan pada tahun 2030.

Baca Juga: Harga Minyak Cetak Rekor karena Arab Saudi Tolak Tambah Produksi OPEC+

Fase pertama akan mencakup penanaman lebih dari 450 juta pohon dan rehabilitasi delapan juta hektare lahan terdegradasi.

Arab Saudi juga menyatakan akan menunjuk "kawasan lindung" baru.

"Langkah ini membawa total kawasan lindung di kerajaan menjadi lebih dari 20 persen dari total luas negara," kata Pangeran Mohammed, seraya menambahkan rangkaian inisiatif hijau tahap pertama menelan biaya lebih dari 700 miliar riyal atau setara 186,6 miliar dolar AS.

Arab Saudi saat ini menggunakan minyak dan gas alam untuk memenuhi permintaan listriknya sendiri yang tumbuh cepat dan juga untuk desalinisasi air laut menjadi air tawar layak konsumsi, yang mereguk bahan bakar dalam jumlah besar setiap hari.

Inisiatif Saudi itu datang ketika raksasa energi Saudi Aramco menghadapi pengawasan dari investor atas emisinya.

Pada bulan Januari, Bloomberg News melaporkan Aramco mengecualikan emisi yang dihasilkan dari banyak kilang dan pabrik petrokimia dalam pengungkapan karbon secara keseluruhan kepada investor.

Ia menambahkan jika fasilitas tersebut dimasukkan, jejak karbon yang dilaporkan sendiri oleh perusahaan bisa hampir dua kali lipat, menambahkan sebanyak 55 juta metrik ton karbon dioksida yang setara dengan emisi yang dihasilkan oleh Portugal.

 

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Hariyanto-Kurniawan

Sumber : Bloomberg/France24


TERBARU