Badak Putih Selatan Tertua di Dunia Asal Afrika Meninggal di Kebun Binatang Italia
Kompas dunia | 12 Oktober 2021, 19:02 WIBBaca Juga: Kampanye Anti Perdagangan Satwa Ilegal, India Bakar Cula Badak saat World Rhino Day
Kemudian disusul Badak Jawa yang tersisa sekitar 75 ekor di Taman Nasional Ujung Kulon, Indonesia, dan Badak Sumatera yang tersisa kurang dari 80 ekor dan terserak di Taman Nasional Way Kambas, Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, dan bentang alam Leuser serta Taman Nasional Gunung Leuser.
Ancaman terbesar bagi badak Jawa adalah jumlah populasi yang tersisa sangat kecil.
Dengan perkiraan 75 badak Jawa yang tersisa dalam satu populasi di Taman Nasional Ujung Kulon, badak Jawa sangat rentan terhadap bencana alam dan penyakit, serta dampak perubahan iklim, seperti dikatakan Yayasan Badak Indonesia yang berpusat di Bogor.
Jumlah badak Jawa meningkat selama beberapa tahun terakhir, berkat perluasan habitat yang tersedia bagi mereka ke Taman Nasional Gunung Honje yang berdekatan dengan populasi mereka saat ini di dataran rendah Ujung Kulon.
Baca Juga: Pembantaian Badak di Afrika Selatan Makin Marak, Pemburu Dipantau Bertambah
Sementara itu, badak Sumatera saat ini hanya tersisa kurang dari 80 individu saja di alam liar serta tujuh individu di Suaka Badak Sumatera, dalam upaya pemerintah Indonesia yang bermitra dengan dunia untuk meningkatkan populasi.
Secara historis, populasi badak Jawa dan badak Sumatera habis diburu untuk diambil culanya dan diselundupkan ke China sebagai obat tradisional, tetapi ancaman terbesar mereka saat ini adalah hilangnya habitat alami di luar wilayah taman nasional.
Hilangnya habitat alami di luar taman nasional itu termasuk akibat perusakan hutan untuk perluasan perkebunan, perkembangan serta pembangunan alami habitat manusia, dan populasi kecil badak yang terserak, terpisah, dan gagal berkembang biak karena perusakan dan perubahan habitat alami akibat perbuatan manusia.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Vyara-Lestari
Sumber : Kompas TV/Straits Times via AFP