Pengakuan Pejabat Intelijen Korea Utara, Ungkap Sosok Kim Jong-un dan Perintahkan Bunuh Pembelot
Kompas dunia | 11 Oktober 2021, 12:45 WIBSEOUL, KOMPAS.TV - Seorang mantan pejabat intelijen Korea Utara yang membelot mengungkapkan apa yang dilakukannya selama 30 tahun melayani pemimpin negara tertutup tersebut.
Selain mengungkapkan bagaimana sebenarnya sosok Kim Jong-un, juga mengungkapkan kebiasaan sang pemimpin kerap memberi perintah membunuh pembelot.
Kim Kuk-song merupakan mantan pejabat tinggi di badan intelijen Korea Utara.
Ia mengungkapkan badan intelijen tersebut sebagai mata, kuping dan otak dari pemimpin tertinggi Korea Utara.
Baca Juga: Mata-mata Rusia Dituduh Curi Data Vaksin Covid-19 AstraZeneca untuk Ciptakan Sputnik V
Ia mengungkapkan dirinya memegang semua rahasia para pemimpin, mengirim pembunuh untuk menghabisi para pengkritik dan pembelot, serta membangun pabrik narkoba untuk membantu mendanai revolusi.
Kepada BBC, Kim Kuk-song yang diyakini bukan nama sebenarnya, mengungkapkan dirinya adalah pelayan komunis sejati.
Tetapi hal itu rupanya tak menjamin keselamatannya di Korea Utara.
Ia harus melarikan diri pada 2014, dan sejak itu tinggal di Seoul dan bekerja sebagai intelijen Korea Selatan.
Ia mengatakan pemimpin Korea Utara berjuang keras untuk mendapatkan uang dengan cara apa saja.
Salah satunya dengan menjual narkoba hingga senjata ke Timur Tengah dan Afrika.
Kim pun memberikan pandangan mengenai sosok pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un.
Menurutnya, Kim Jong-un ingin membuktikan dirinya sebagai seorang pejuang.
Baca Juga: Akhirnya, Rezim Kim Jong-un dan Korea Selatan Kembali Pulihkan Hubungan Telepon
Ia mengatakan pada 2009 Korea Utara membentuk badan intelijen baru yang disebut Biro Umum Pengakuan, ketika Kim Jong-un akan dijadikan suksesor ayahnya, Kim Jong-il yang mengalami stroke.
Kim menegaskan pada Mei 2009, jaringan komando membentu satuan tugas teror, untuk membunuh mantan pejabat Korea Utara yang membelot ke Selatan.
“Bagi Kim Jong-un, ini merupakan aksi untuk memuaskan pemimpin tertinggi (Kim Jong-il),” tutur Kim.
“Satgas teror, dibentuk untuk menghabisi Hwang Jang-yop secara rahasia. Saya sendiri secara pribadi mengarahkan dan mengemban tugas tersebut,” tambahnya.
Hwang Jong-yop sebelumnya merupakan salah satu pejabat berkuasa di Korea Utara.
Tetapi ia kemudian membelot ke Korea Selatan pada 1997, dan berubah menjadi pengkritik rezim.
Para penguasa pun tak memaafkannya dan ingin membunuhnya.
Tetapi usaha pembunuhan itu gagal, dan dua mayor tentara Korea Utara saat ini masih menjalani hukuman penjara 10 tahun di Seoul atas usaha itu.
Baca Juga: Seram, Keluarga Ini Temukan Beruang Besar Menyelinap ke Dalam Rumah
Korea Utara sendiri kemudian membantah terlibat, dan mengklaim Korea Selatan yang melakukan percobaan pembunuhan.
Tetapi Kim mengungkapkan yang terjadi sebenarnya adalah sebaliknya.
“Di Korea Utara, terorisme adalah alat politik yang akan melindungi harga diri tertinggi Kim Jong-il dan Kim Jong-un,” tuturnya.
“Itu adalah hadiah untuk menunjukkan kesetiaan penerus kepada pemimpin yang hebat,” tambah Kim.
Penulis : Haryo Jati Editor : Iman-Firdaus
Sumber : BBC