> >

Sebut Pemerintah Inggris Sampah, Oposisi Partai Buruh Tolak Minta Maaf

Kompas dunia | 26 September 2021, 21:50 WIB
Deputi pemimpin Partai Buruh Inggris Raya, Angela Rayner dalam konferensi partai pada Sabtu (25/9/2021). (Sumber: Stefan Rousseau/PA Media via Associated Press)

BRIGHTON, KOMPAS.TV - Deputi pemimpin Partai Buruh Inggris Raya Angela Rayner menolak minta maaf atas komentar kerasnya yang diarahkan kepada parlemen yang dikuasai Partai Konservatif. Ia menyebut pemerintah Konservatif sebagai “sampah”.

Hal tersebut diucapkan Rayner dalam konferensi tahunan Partai Buruh di Brighton, Inggris pada Sabtu (25/9/2021).

Selain menyebut pemerintah “sampah”, politikus berusia 41 tahun itu juga menuding mereka sebagai “homofobik, rasis, dan misoginistik”.

Komentar tajam Rayner membuat politikus Konservatif yang menguasai pemerintahan berang. Ketua Partai Konservatif, Oliver Dowden pun mendesaknya minta maaf.

“Politikus seharusnya membuat politik lebih baik, tidak menyeretnya ke dalam comberan. Mari kita lihat apakah kami (Konservatif) akan mendapat permintaan maaf,” kata Dowden sebagaimana dilansir Associated Press.

Baca Juga: Kerap Ditanyakan, Ini Alasan Kenapa Topi Pasukan Kerajaan Inggris Panjang

Pemimpin Partai Buruh, Keir Starmer pun mengaku telah menegur Rayner dan memintanya tak menggunakan bahasa seperti itu.

Akan tetapi, Rayner menolak minta maaf. Ia mengaku menggunakan “bahasa jalanan” untuk menyatakan rasa frustasi atas pemerintahan Konservatif yang dipimpin Perdana Menteri (PM) Boris Johnson.

Lebih lanjut, Rayner pun menyerang kebijakan pemerintahan Johnson yang mewacanakan penghentian bantuan kepada keluarga miskin sekaligus pemberian kontrak kerja sama yang dituduhnya diwarnai nepotisme.

“Setiap orang yang membiarkan anak-anak lapar di tengah pandemi dan bisa memberi miliaran paun kepada temannya lewat Whatsapp, saya pikir orang seperti itu sampah,” kata Rayner kepada Sky News sebagaimana dikutip Associated Press.

Politikus Partai Buruh itu menambahkan bahwa ia baru mau minta maaf jika Johnson lebih dulu minta maaf atas komentar-komentarnya pada masa lalu yang disebut homofobik, rasis, serta misoginis.

Boris Johnson sendiri memiliki riwayat panjang terkait komentar ofensif. Ia pernah memanggil warga Papua Nugini “kanibal” dan membandingkan perempuan Muslim yang memakai cadar dengan “kotak pos”.

Partai Konservatif sendiri telah mendominasi parlemen sejak 2010 dengan tiga perdana menteri, David Cameron, Theresa May, serta Boris Johnson.

Keir Starmer, terpilih sebagai pemimpin pada 2020, hendak mengembalikan Partai Buruh menjadi pemimpin parlemen.

Namun, ia juga mendapatkan penentangan di internal partai oleh faksi yang menganggapnya terlalu kompromis dan lebih berpihak pada haluan pemimpin partai yang digantikannya, Jeremy Corbyn.

Baca Juga: Tak Mau Terlibat Apartheid, Siswa Israel Cari Suaka ke Inggris

 

Penulis : Ikhsan Abdul Hakim Editor : Hariyanto-Kurniawan

Sumber : Associated Press


TERBARU