Laporan Costs of War Project: Kontraktor-Kontraktor Raup Untung dari Situasi Pascaserangan 9/11
Kompas dunia | 14 September 2021, 16:42 WIBHal itu lantaran militer AS masih akan terlibat dalam operasi-operasi kontraterorisme di lebih dari 85 negara, mempertahankan ratusan pangkalan militernya di seluruh dunia, terlibat dalam pembangunan pangkalan baru di sejumlah wilayah seperti Guam dan Kepulauan Mariana, dan terus berperan sebagai negara pemasok senjata terbesar di dunia.
Laporan tersebut memperkirakan, China akan dijadikan alasan selanjutnya untuk menjaga agar anggaran Pentagon tetap tinggi.
“Estimasi yang dilebih-lebihkan tentang militer China telah menjadi alasan baru dalam argumen untuk menjaga anggaran Pentagon tetap berada di tingkat yang tinggi.”
Industri persenjataan, kata laporan tersebut, memiliki banyak cara untuk mempengaruhi pembuatan keputusan dalam pembahasan anggaran Pentagon, salah satunya melalui lobi.
“Para pembuat senjata telah menggelontorkan 2,5 miliar dolar dalam dua dekade terakhir untuk melobi, dengan mempekerjakan rata-rata 700 pelobi lebih per tahun dalam lima tahun terakhir, lebih dari satu untuk setiap anggota Kongres.”
Baca Juga: Biden Bela Proses Penarikan Pasukan AS di Afghanistan
Selain itu, menurut laporan tersebut, empat dari lima Menteri Pertahanan AS yang terakhir berasal dari salah satu dari lima besar kontraktor senjata.
Mereka adalah mantan Menteri Pertahanan di era Presiden Donald Trump, James Mattis (anggota direksi General Dynamics), Patrick Shanahan (eksekutif di Boeing), Mark Esper (Kepala Hubungan Pemerintah di Raytheon), dan Menteri Pertahanan era Presiden Joe Biden, Lloyd Austin (anggota direksi Raytheon Technologies).
Penulis : Edy A. Putra Editor : Vyara-Lestari
Sumber : Associated Press