> >

Taliban Klaim Telah Merebut Lembah Panjshir, Provinsi Terakhir di Luar Wilayah Kekuasan Mereka

Kompas dunia | 7 September 2021, 10:36 WIB
Milisi yang setia kepada Ahmad Massoud, berlatih di Provinsi Panjshir, Afghanistan, Minggu, 29 Agustus 2001. Kini Taliban mengklaim telah mengambil alih Provinsi terakhir yang berada di luar wilayah kekuasaan mereka ini. (Sumber: Associated Press)

KABUL, KOMPAS.TV - Taliban mengumumkan kemenangan atas provinsi Panjshir, yang merupakan kantong terakhir wilayah yang sebelumnya berada di luar kekuasaan mereka.

Kelompok itu mem-posting rekaman online para pejuang mereka yang mengibarkan bendera Taliban di Lembah Panjshir, Afghanistan, Senin (6/9/2021).

Namun pejuang perlawanan mengatakan mereka masih hadir di semua posisi strategis dan terus berjuang.

Pemimpin mereka telah menyerukan "pemberontakan nasional" melawan Taliban.

Dalam rekaman audio yang di-posting di media sosial Ahmad Massoud, pemimpin Front Perlawanan Nasional Afghanistan (NRF), menyalahkan komunitas internasional karena melegitimasi Taliban dan memberi mereka kepercayaan militer dan politik.

Baca Juga: Taliban Dituduh Bunuh Polwan Afghanistan yang Sedang Hamil

"Di mana pun Anda berada, di dalam atau di luar, saya meminta Anda untuk memulai pemberontakan nasional demi martabat, kebebasan, dan kemakmuran negara kita," katanya Massoud seperti dikutip dari BBC.

Taliban menguasai seluruh Afghanistan sejak tiga minggu lalu. Mereka merebut ibu kota Kabul pada 15 Agustus, menyusul runtuhnya pemerintah yang didukung Barat.

Sebelumnya, 20 tahun lalu pasukan Amerika Serikat (AS) memimpin invasi untuk menggulingkan Taliban.

Adapun Panjshir, merupakan sebuah lembah pegunungan yang terjal. Kawasan ini merupakan tempat tinggal bagi 150.000 hingga 200.000 orang.

Lembah Panjshir merupakan pusat perlawanan ketika Afghanistan berada di bawah pendudukan Soviet pada 1980-an dan selama periode pemerintahan Taliban sebelumnya, antara 1996 dan 2001.

"Taliban belum merebut Panjshir," ujar Ali Maisam, juru bicara NRF yang sebelumnya juga mengatakan kepada BBC, bahwa dia menolak klaim Taliban.

Sebuah tweet dari akun Twitter kelompok itu juga mengatakan, "Perjuangan melawan Taliban & mitra mereka akan berlanjut sampai keadilan dan kebebasan menang."

Namun juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa dengan kemenangan ini (di Lembah Panjshir), negaranya benar-benar dikeluarkan dari rawa perang.

Legenda Lembah Tak Tertaklukkan di Afghanistan

Lembah Panjshir yang menakjubkan adalah salah satu provinsi Afghanistan terkecil, namun penuh dengan legenda terbesar.

Medan pegunungannya yang terjal, dihiasi dengan labirin lembah, celah dan gua, menjadi senjata terhebat untuk memukul mundur penjajah.

Tentara Soviet tidak pernah berhasil menaklukkan kawasan ini pada tahun 1980-an. Pada awal kekuasaan Taliban di tahun 1990-an, mereka juga tidak bisa menguasainya.

Baca Juga: Tenda Pencari Suaka Afghanistan di Kebon Sirih Dibongkar Petugas

Lembah yang panjang, dalam, dan berdebu ini membentang sekitar 120 km, di utara ibu kota Afghanistan, Kabul.

Lembah itu dilindungi oleh puncak gunung yang tinggi. Bentang alamnya yang sulit, menjadikan benteng perlindungan alami bagi warga yang tinggal disana.

Hanya ada satu jalan sempit untuk masuk ke kawasan ini. Jalan itu berkelok-kelok di antara singkapan batu besar dan Sungai Panjshir yang berkelok-kelok.

“Ada aspek mistis di seluruh area, bahwa kawasan ini bukan hanya memiliki satu lembah. Begitu Anda masuk ke dalamnya, setidaknya ada 21 sub-lembah lain yang terhubung,” kata Shakib Sharifi, yang tinggal di sana saat masih kecil, tetapi meninggalkan Afghanistan setelah Taliban mengambil kendali.

Di ujung terjauh lembah utama, sebuah jalan setapak mengarah ke Celah Anjoman dan mengarah lebih jauh ke timur akan menuju pegunungan Hindu Kush.

Dalam sejarahnya tentara-tentara Alexander Agung dan Tamerlane dikabaran juga pernah melewati jalan ini.

"Secara historis, Lembah Panjshir juga dikenal untuk pertambangan - termasuk permata semi mulia," kata Elisabeth Leake, profesor sejarah internasional di Universitas Leeds, seperti dikutip dari BBC.

Saat ini, lembah tersebut memiliki bendungan pembangkit listrik tenaga air dan tenaga angin.

Negara AS membantu dalam pembangunan jalan dan menara radio yang menerima sinyal dari Kabul.

Bekas pangkalan udara AS di Bagram, juga berada tidak jauh dari mulut lembah.

Penulis : Tussie Ayu Editor : Gading-Persada

Sumber : Kompas TV/BBC


TERBARU