> >

China akan Menyalip Rusia dan Jadi Ancaman Nuklir Utama Amerika Serikat, Kata Jenderal Senior AS

Kompas dunia | 28 Agustus 2021, 18:51 WIB
Seorang jenderal top Amerika Serikat menyatakan China akan segera menjadi ancaman utama serangan nuklir bagi Amerika Serikat, melampaui tingkat ancaman nuklir dari Rusia. Pasalnya, kemampuan dan penumpukan senjata nuklir tempur China sangat cepat dan akan segera melampaui Rusia (Sumber: Straits Times)

WASHINGTON, KOMPAS.TV - Seorang jenderal top Amerika Serikat (AS) menyatakan China akan segera menjadi ancaman utama serangan nuklir bagi AS, melampaui tingkat ancaman nuklir dari Rusia. Pasalnya, kemampuan dan penumpukan senjata nuklir tempur China sangat cepat dan akan segera melampaui Rusia, seperti dilansir Straits Times, Sabtu (27/8/2021).

Jenderal tersebut memperingatkan, kedua negara saat ini belum punya mekanisme untuk menghindari dan mengatasi miskomunikasi yang bisa memicu perang nuklir.

Letnan Jenderal Angkatan Udara AS Thomas Bussiere, wakil komandan Komando Strategis AS, yang bekerja memelihara kesiapan tempur persenjataan nuklir AS, mengatakan pengembangan kemampuan nuklir China "tidak dapat lagi diselaraskan" dengan klaim publiknya bahwa senjata nuklir China hanya untuk mempertahankan daya gentar minimum.

"Akan ada titik, titik persimpangan, di mana jumlah ancaman yang diberikan oleh China akan melebihi jumlah ancaman yang saat ini dihadirkan Rusia," kata Jenderal Bussiere dalam sebuah forum daring.

Dia mengatakan, penentuan itu tidak akan hanya didasarkan pada jumlah hulu ledak nuklir yang ditimbun Beijing, tetapi juga pada bagaimana senjata-senjata nuklir itu "digelar dalam tingkat operasional".

"Akan ada titik persimpangan, kami percaya, dan itu akan terjadi beberapa tahun ke depan," kata Jenderal Busierre.

Tidak seperti Rusia, AS tidak memiliki perjanjian atau mekanisme dialog dengan China untuk "mengurangi kesalahan persepsi atau kebingungan", tambahnya.

Baca Juga: Satelit Ungkap China Bangun Ratusan Silo Rudal Nuklir, AS Jadi Targetnya?

Gambaran satelit adaya pembangunan silo pangkalan nuklir di China. (Sumber: Fox News)

Komentar Jenderal Bussiere datang saat AS berusaha menyelaraskan kembali kebijakan luar negerinya dengan memberikan penekanan yang lebih besar di kawasan Indo-Pasifik untuk melawan kekuatan ekonomi dan militer China yang tumbuh pesat.

Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken dalam pertemuan dengan menteri luar negeri negara-negara Asia dan negara-negara mitra pada awal Agustus mengungkapkan keprihatinan mendalam tentang persenjataan nuklir China yang berkembang pesat.

Laporan think-tank berdasarkan citra satelit mengatakan, China tampaknya membangun ratusan silo baru untuk rudal nuklir, dan Washington menuduh Beijing menolak pembicaraan senjata nuklir.

China mengatakan arsenal nuklir mereka jauh lebih kerdil dibandingkan AS dan Rusia, dan siap untuk berdialog. Tetapi syaratnya hanya jika Washington mengurangi persediaan nuklirnya ke tingkat China.

Dalam laporan tahun 2020 kepada Kongres, Pentagon memperkirakan, persediaan hulu ledak nuklir operasional China berjumlah sekitar "200-an hulu ledak nuklir". Dan, angka itu diproyeksikan setidaknya bakal menjadi dua kali lipat saat Beijing memperluas dan memodernisasi pasukannya.

Menurut lembar fakta Departemen Luar Negeri, AS memiliki 1.357 hulu ledak nuklir yang siap tembak pada 1 Maret 2021.

Kemajuan China di bidang teknologi peluru kendali yang bisa membawa hulu ledak nuklir juga menjadi perhatian AS. Dan Jenderal Bussiere mengatakan, China tahun lalu menguji lebih banyak kemampuan rudal balistik yang jumlahnya melebihi gabungan rudal balistik seluruh dunia. 

 

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Vyara-Lestari

Sumber : The Straits Times


TERBARU