> >

Aljazair Putuskan Hubungan Diplomatik dengan Maroko, Kawasan Maghribi Afrika Runyam

Kompas dunia | 25 Agustus 2021, 12:56 WIB
Menlu Aljazair Ramtane Lamamra pada konferensi pers yang mengumumkan pemutusan hubungan diplomatik dengan Maroko, 24 Agustus 2021. (Sumber: France24 via AFP)

ALGIERS, KOMPAS.TV - Menteri Luar Negeri Aljazair Ramtane Lamamra mengatakan hari Selasa negaranya memutuskan hubungan diplomatik dengan Maroko karena "tindakan bermusuhan" yang diterima Aljazair. Keputusan itu diambil setelah berbulan-bulan ketegangan memuncak antara kedua negara bertetangga di Afrika Utara itu, seperti dilansir France24, Rabu, (25/08/2021). 

Kedua negara telah lama saling tuding satu sama lain mendukung gerakan oposisi lewat proksi. Maroko menuding Aljazair memberi dukungan untuk separatis di wilayah Sahara Barat yang disengketakan.

"Aljazair memutuskan untuk memutuskan hubungan diplomatik dengan Kerajaan Maroko mulai hari ini," Lamamra mengumumkan saat konferensi pers hari Selasa. "Sejarah telah menunjukkan ... Maroko tidak pernah berhenti melakukan tindakan permusuhan terhadap Aljazair."

Dalam sebuah pernyataan Selasa malam, kementerian luar negeri Maroko mengatakan langkah Aljazair "sama sekali tidak dapat dibenarkan" tetapi "memang sudah diperkirakan mengingat eskalasi yang terlihat (dari Aljazair) dalam beberapa pekan terakhir".

Baca Juga: Sudah 65 Orang Tewas Dalam Kebakaran Hutan Dahsyat di Aljazair

Warga berusaha memadamkan api kebakaran hutan di Tizi Ouzou, Aljazair Timur (Sumber: Abdelaziz Boumzar/Reuters via Radio France International)

Rabat, ibukota Maroko, menambahkan keputusan memutuskan hubungan diplomatik didasarkan pada "dalih yang salah, bahkan tidak masuk akal".

Perpecahan itu menyusul tinjauan hubungan bilateral yang diumumkan oleh Aljazair pekan lalu karena menuduh tetangganya itu terlibat dalam kebakaran hutan mematikan yang melanda bagian utara negara itu.

Lamamra menuduh para pemimpin Maroko "bertanggung jawab atas krisis yang berulang" dan perilaku yang "menyebabkan konflik, dan bukannya integrasi" di Afrika Utara.

Akhir bulan lalu, Raja Maroko Muhammad VI menyesalkan ketegangan antara kedua negara, dan mengundang Presiden Aljazair Abdelmadjid Tebboune "untuk membuat kebijaksanaan menang", dan "bekerja bersama untuk pengembangan hubungan" antara kedua negara.

Puluhan ribu hektar hutan di Aljazair terbakar pada 9 Agustus di tengah gelombang panas yang terik. Sedikitnya 90 orang, termasuk lebih dari 30 tentara, dilaporkan tewas. Kejadian itu memicu ketegangan dengan Maroko.

Para pengkritik mengatakan pihak berwenang Aljazair gagal bersiap mengantisipasi kebakaran. Tebboune menyatakan sebagian besar kebakaran dipicu oleh para "kriminal".

Pihak berwenang Aljazair menyalahkan gerakan kemerdekaan di wilayah Kabylie yang sebagian besar penduduknya dari suku Berber yang membentang di sepanjang pantai Mediterania di timur ibu kota.

Aljir menuduh Rabat mendukung separatis tersebut.

"Provokasi Maroko mencapai klimaksnya ketika seorang delegasi Maroko untuk PBB menuntut kemerdekaan rakyat wilayah Kabylie," kata Lamamra, Selasa.

Bulan lalu, Aljazair memanggil duta besarnya Maroko untuk konsultasi setelah utusan Maroko untuk PBB, Omar Hilale, menyatakan dukungan untuk penentuan nasib sendiri di wilayah itu.

Pada saat itu, kementerian luar negeri Aljazair mengatakan Maroko dengan demikian "secara terbuka dan secara eksplisit mendukung apa yang disebut sebagai hak untuk menentukan nasib sendiri rakyat Kabylie".

Pihak berwenang Aljazair juga menuduh Gerakan Penentuan Nasib Sendiri Kabylie (MAK) terlibat dalam hukuman mati tanpa pengadilan terhadap seorang pria yang dituduh melakukan pembakaran selama kebakaran hutan baru-baru ini, sebuah insiden yang memicu kemarahan.

Aljazair pekan lalu menuduh Maroko mendukung kelompok itu, yang digolongkan Aljazair sebagai "organisasi teroris".

 

Baca Juga: Normalisasi Hubungan dengan Israel, Maroko Dapat Tawaran Eksklusif Pembelian Senjata dari AS

Perdana Menteri Maroko, Saad-Eddine El Othmani. (Sumber: AP Photo)

"Tindakan permusuhan yang terus-menerus dilakukan oleh Maroko terhadap Aljazair memaksa adanya peninjauan kembali hubungan antara kedua negara," kata kantor kepresidenan Aljazair.

Ia juga mengatakan akan ada "penguatan kontrol keamanan di perbatasan barat" dengan Maroko.

Perbatasan antara Aljazair dan Maroko ditutup sejak 1994.

Mohammad, seorang sopir bus Maroko, menyebut langkah terbaru Aljazair sebagai "keputusan yang buruk".

"Ini seperti memutuskan hubungan dengan tetangga sebelah Anda," katanya kepada AFP seperti dilansir France24.

Kedua negara Afrika Utara itu, Maroko dan Aljazair, bersama dengan Tunisia, sebenarnya bersatu, tambahnya, dengan mengatakan "tidak ada perbedaan, ini terjadi antara pemerintah (saja)".

Menteri luar negeri Aljazair juga menuduh Maroko memimpin "perang media... melawan Aljazair, rakyatnya dan para pemimpinnya".

Namun Lamamra juga mengatakan bantuan konsuler kepada warga kedua negara tidak akan terpengaruh.

Hubungan antara Aljazair dan Maroko penuh keruwetan dalam beberapa dekade terakhir, terutama karena masalah sengketa Sahara Barat.

Maroko menganggap bekas jajahan Spanyol di Sahara Barat itu sebagai bagian integral dari kerajaannya, tetapi Aljazair mendukung gerakan Polisario yang mencari kemerdekaan di sana.

Kesepakatan normalisasi antara Maroko dan Israel pada bulan Desember memicu ketegangan baru antara Rabat dan Aljir karena Amerika Serikat mengakui kedaulatan Maroko atas Sahara Barat sebagai bagian dari kesepakatan tersebut.

Lamamra pada hari Selasa menuduh menteri luar negeri Israel melancarkan "tuduhan tidak masuk akal dan ancaman terselubung" setelah Menlu Israel Yair Lapid menyatakan "kekhawatiran tentang peran yang dimainkan oleh Aljazair di wilayah tersebut".

Pada kunjungan pertamanya ke Maroko sejak negara-negara tersebut menormalkan hubungan, Lapid mengatakan, pernyataannya itu didasarkan pada kekhawatiran bahwa Aljazair "makin mendekat ke Iran", serta "kampanye yang dilancarkan (Aljazair) yang kontra terhadap pengakuan Israel sebagai anggota pengamat Uni Afrika. "

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Purwanto

Sumber : Kompas TV/France24


TERBARU