> >

Taliban Berjanji Menjunjung Tinggi Hak-hak Perempuan dan Keamanan Dibawah Pemerintahan Islam Taliban

Kompas dunia | 18 Agustus 2021, 06:40 WIB
Juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid, kiri, berbicara pada konferensi pers pertamanya di Pusat Informasi Media Pemerintah, di Kabul, Afghanistan, Selasa, 17 Agustus 2021. Selama bertahun-tahun, Mujahid adalah sosok misterius yang mengeluarkan pernyataan atas nama para militan. (Sumber: AP Photo/Rahmat Gul)

KABUL, KOMPAS.TV — Juru bicara senior kelompok Taliban, Zabihullah Mujahid hari Selasa, (17/8/2021) berjanji Taliban menghormati hak-hak perempuan, memaafkan mereka yang memerangi mereka dan memastikan Afghanistan tidak menjadi surga bagi teroris.

Melansir Associated Press, Selasa (17/8/2021), seluruh pernyataan itu dibuat sebagai bagian dari upaya untuk meyakinkan kekuatan dunia dan warga Afghanistan yang saat ini ketakutan. 

Menyusul serangan kilat Taliban di Afghanistan yang membuat banyak kota jatuh tanpa perlawanan ke tangan kelompok Taliban, kelompok itu berusaha keras menggambarkan diri mereka sebagai lebih moderat daripada ketika mereka memberlakukan bentuk pemerintahan Islam yang ketat pada akhir 1990-an.

Tetapi banyak orang Afghanistan dilaporkan tetap skeptis, sementara ribuan orang berlomba ke bandara Kabul, mencoba untuk keluar dari negara itu.

Generasi yang lebih tua mengingat aturan Taliban sebelumnya, ketika mereka sebagian besar mengurung wanita di rumah, melarang televisi dan musik, dan mengadakan eksekusi di depan umum.

Sebuah invasi pimpinan Amerika Serikat tahun 2001 menjatuhkan Taliban dari kekuasaan beberapa bulan setelah serangan 9/11 yang didalangi kelompok al-Qaida dari Afghanistan saat mereka dibawah perlindungan kelompok Taliban.

Zabihullah Mujahid, juru bicara senior Taliban, muncul dari bayang-bayang kerahasiaan hari Selasa (17/8) di Kota Kabul dalam sebuah konferensi pers, untuk mengatasi berbagai kekhawatiran yang mendominasi dunia.

Dia berjanji Taliban akan menghormati hak-hak perempuan dalam norma-norma hukum Islam, tanpa menjelaskan lebih lanjut.

Taliban juga mendorong perempuan untuk kembali bekerja seperti biasa dan mengizinkan anak perempuan kembali ke sekolah, sambil membagikan jilbab di pintu sekolah.

Seorang pembawa berita wanita mewawancarai seorang pejabat Taliban pada hari Senin di sebuah studio TV.

Baca Juga: Taliban Mulai Memimpin, Umumkan 'Amnesti' untuk Pejabat Pemerintah Lama dan Ajak Perempuan Bergabung

Dalam file foto 9 Agustus 2021 ini, seorang wanita Afghanistan pengungsi domestik dari provinsi di utara mengipasi anaknya yang sedang tidur, di sebuah taman umum di Kabul, Afghanistan. (Sumber: AP Photo/Rahmat Gul)

Perlakuan terhadap perempuan sangat bervariasi di seluruh dunia Muslim dan kadang-kadang bahkan di negara yang sama, dengan daerah pedesaan cenderung jauh lebih konservatif.

Beberapa negara Muslim, termasuk negara tetangga Pakistan, pernah memiliki perdana menteri perempuan, sementara Arab Saudi yang ultrakonservatif hanya baru-baru ini saja mengizinkan perempuan untuk mengemudi.

Zabihullah Mujahid juga mengatakan Taliban tidak akan membiarkan Afghanistan digunakan sebagai pangkalan untuk menyerang negara lain, seperti pada tahun-tahun sebelum tragedi serangan 9/11 di New York oleh Al-Qaida.

Jaminan itu adalah bagian dari kesepakatan damai 2020 yang dicapai antara Taliban dan pemerintahan Amerika Serikat masa Donald Trump, yang membuka jalan bagi penarikan seluruh tentara Amerika Serikat dari Afghanistan.

Pentagon mengatakan komandan Amerika Serikat berkomunikasi dengan komandan Taliban di Kabul saat mereka bekerja untuk mengevakuasi ribuan orang melalui bandara internasional Kabul.

Dikatakan Taliban tidak melakukan tindakan permusuhan di sana.

Mujahid menegaskan kembali, Taliban menawarkan amnesti penuh kepada warga Afghanistan yang pernah bekerja untuk Amerika Serikat dan pemerintah yang didukung Barat, dengan mengatakan "tidak ada yang akan pergi ke rumah mereka untuk bertanya mengapa mereka membantu."

Dia mengatakan media swasta harus "tetap independen" tetapi jurnalis "tidak boleh bekerja melawan nilai-nilai nasional."

Kota Kabul terlihat tetap tenang saat Taliban berpatroli di jalan-jalannya.

Tetapi banyak yang tetap ketakutan setelah penjara dan gudang senjata dikosongkan selama serangan pemberontak di seluruh negeri.

Penduduk Kabul mengatakan sekelompok pria bersenjata pergi dari pintu ke pintu mencari orang-orang yang bekerja dengan pemerintah dan pasukan keamanan yang digulingkan, tetapi tidak jelas apakah orang-orang bersenjata itu adalah Taliban atau penjahat yang menyamar sebagai Taliban.

Mujahid menyalahkan gangguan keamanan pada pemerintahan terguling, seraya mengatakan Taliban hanya memasuki Kabul untuk memulihkan hukum dan ketertiban setelah polisi dibubarkan.

Baca Juga: China dan Taliban Afghanistan Memulai Kemesraan Penuh Duri Pasca Amerika Serikat

Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih Jake Sullivan berbicara dalam jumpa pers di Gedung Putih di Washington, Selasa, 17 Agustus 2021. (Sumber: AP Photo/Manuel Balce Ceneta)

Seorang penyiar di Afghanistan mengatakan dia bersembunyi di rumah kerabatnya, terlalu takut untuk pulang apalagi pergi bekerja.

Dia mengatakan dirinya dan banyak perempuan lain masih tidak percaya Taliban sudah mengubah cara dan pendekatan mereka.

Ia berbicara dengan syarat anonim karena takut akan keselamatannya.

Sekelompok wanita mengenakan jilbab berdemonstrasi sebentar di Kabul, memegang tanda-tanda menuntut Taliban untuk tidak “menghilangkan wanita” dari kehidupan publik.

Penasihat keamanan nasional AS Jake Sullivan mengatakan Amerika Serikat dan pemerintah lain tidak akan begitu saja percaya kata-kata Taliban terkait hak-hak perempuan.

“Seperti yang saya katakan selama ini, ini bukan tentang kepercayaan. Ini tentang verifikasi,” kata Sullivan pada briefing Gedung Putih.

“Dan kita akan melihat apa yang akhirnya dilakukan Taliban dalam beberapa hari dan minggu ke depan, dan ketika saya mengatakan kami, maksud saya seluruh komunitas internasional.”

Apa pun niat Taliban yang sebenarnya, Taliban memiliki kepentingan dalam menunjukkan moderasi untuk mencegah masyarakat internasional mengisolasi pemerintah mereka, seperti yang terjadi pada 1990-an.

Uni Eropa mengatakan mereka menangguhkan bantuan pembangunan ke Afghanistan sampai situasi politik lebih jelas namun di sisi lain menyatakan akan mempertimbangkan peningkatan bantuan kemanusiaan.

Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Josep Borrell mengatakan Taliban harus menghormati resolusi Dewan Keamanan PBB dan hak asasi manusia untuk mendapatkan akses ke sekitar 1,2 miliar euro atau setara 1,4 miliar dollar dana pembangunan yang dialokasikan hingga 2024.

Menteri Luar Negeri Inggris Dominic Raab mengatakan negaranya mungkin memberikan bantuan kemanusiaan hingga 10% lebih banyak, tetapi Taliban tidak akan mendapatkan uang yang sebelumnya dialokasikan untuk keamanan.

Baca Juga: Investasi Miliaran Dolar 2 Dekade AS pada Tentara Afghanistan Sia-Sia, Kini Justru Diambil Taliban

Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Josep Borrell, layar kanan atas, berbicara dengan para menteri luar negeri dan perwakilan Uni Eropa di Brussels, Selasa, 17 Agustus 2021. (Sumber: Johanna Geron, Pool Photo via AP)

Pada hari Selasa, Taliban memasuki bagian sipil bandara dan menembak ke udara untuk mengusir sekitar 500 orang di sana, kata seorang pejabat Afghanistan yang berbicara dengan syarat anonim karena dia tidak berwenang untuk memberi tahu wartawan.

Taliban tampaknya berusaha mengendalikan kerumunan daripada mencegah orang pergi.

Sebuah video yang beredar online menunjukkan Taliban mengawasi keberangkatan puluhan orang asing secara tertib.

Kedutaan Besar AS di Kabul, yang sekarang beroperasi dari sisi militer bandara, mendesak warga Amerika mendaftar secara online untuk evakuasi tetapi tidak datang ke bandara sebelum dihubungi.

Kementerian Luar Negeri Jerman mengatakan pesawat angkut militer Jerman pertama mendarat di Kabul tetapi lepas landas dengan hanya tujuh orang di dalamnya karena kekacauan itu.

Penerbangan berikutnya berhasil lepas landas mengangkut 125 orang.

Presiden AS Joe Biden membela keputusannya untuk mengakhiri perang terpanjang Amerika Serikat itu, sambil menyalahkan pemerintah Afghanistan dan pasukan keamanannya yang didukung Barat, sambil mengatakan, buat apa tentara Amerika Serikat bertempur melawan Taliban sementara angkatan bersenjata Afghanistan membubarkan diri dan presdiennya malah kabur.

Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg menggemakan penilaian itu, sambil mengatakan NATO harus introspeksi kekurangan dalam upaya mereka melatih militer Afghanistan.

Pembicaraan berlanjut hari Selasa antara Taliban dan beberapa politisi Afghanistan, termasuk mantan Presiden Hamid Karzai dan Abdullah Abdullah, yang pernah mengepalai dewan perunding negara itu.

Taliban mengatakan mereka ingin membentuk “pemerintahan Islam yang inklusif.”

"Pembicaraan difokuskan pada bagaimana pemerintah yang didominasi Taliban akan bekerja, mengingat perubahan besar di Afghanistan selama 20 tahun terakhir, dibanding mendiskusikan pembagian kekuasaan atau kementerian," kata pejabat yang mengetahui perundingan tersebut, namun mengatakan dengan syarat anonim karena perundingan bersifat tertutup.

Seorang pemimpin tinggi Taliban, Mullah Abdul Ghani Baradar, tiba di Kandahar pada hari Selasa malam dari Qatar, yang dianggap menandakan kesepakatan sudah dekat.

Wakil presiden dari pemerintah yang digulingkan, sementara itu, mencuitkan tweet bahwa dia adalah presiden sementara yang “sah” di negara itu.

Amrullah Saleh, wakil presiden Ashraf Ghani, mengatakan di bawah konstitusi, dia harus bertanggung jawab karena Presiden Ashraf Ghani telah meninggalkan negara itu.

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Gading-Persada

Sumber : Kompas TV/Associated Press


TERBARU