Taliban Berjanji Menjunjung Tinggi Hak-hak Perempuan dan Keamanan Dibawah Pemerintahan Islam Taliban
Kompas dunia | 18 Agustus 2021, 06:40 WIBSeorang penyiar di Afghanistan mengatakan dia bersembunyi di rumah kerabatnya, terlalu takut untuk pulang apalagi pergi bekerja.
Dia mengatakan dirinya dan banyak perempuan lain masih tidak percaya Taliban sudah mengubah cara dan pendekatan mereka.
Ia berbicara dengan syarat anonim karena takut akan keselamatannya.
Sekelompok wanita mengenakan jilbab berdemonstrasi sebentar di Kabul, memegang tanda-tanda menuntut Taliban untuk tidak “menghilangkan wanita” dari kehidupan publik.
Penasihat keamanan nasional AS Jake Sullivan mengatakan Amerika Serikat dan pemerintah lain tidak akan begitu saja percaya kata-kata Taliban terkait hak-hak perempuan.
“Seperti yang saya katakan selama ini, ini bukan tentang kepercayaan. Ini tentang verifikasi,” kata Sullivan pada briefing Gedung Putih.
“Dan kita akan melihat apa yang akhirnya dilakukan Taliban dalam beberapa hari dan minggu ke depan, dan ketika saya mengatakan kami, maksud saya seluruh komunitas internasional.”
Apa pun niat Taliban yang sebenarnya, Taliban memiliki kepentingan dalam menunjukkan moderasi untuk mencegah masyarakat internasional mengisolasi pemerintah mereka, seperti yang terjadi pada 1990-an.
Uni Eropa mengatakan mereka menangguhkan bantuan pembangunan ke Afghanistan sampai situasi politik lebih jelas namun di sisi lain menyatakan akan mempertimbangkan peningkatan bantuan kemanusiaan.
Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Josep Borrell mengatakan Taliban harus menghormati resolusi Dewan Keamanan PBB dan hak asasi manusia untuk mendapatkan akses ke sekitar 1,2 miliar euro atau setara 1,4 miliar dollar dana pembangunan yang dialokasikan hingga 2024.
Menteri Luar Negeri Inggris Dominic Raab mengatakan negaranya mungkin memberikan bantuan kemanusiaan hingga 10% lebih banyak, tetapi Taliban tidak akan mendapatkan uang yang sebelumnya dialokasikan untuk keamanan.
Baca Juga: Investasi Miliaran Dolar 2 Dekade AS pada Tentara Afghanistan Sia-Sia, Kini Justru Diambil Taliban
Pada hari Selasa, Taliban memasuki bagian sipil bandara dan menembak ke udara untuk mengusir sekitar 500 orang di sana, kata seorang pejabat Afghanistan yang berbicara dengan syarat anonim karena dia tidak berwenang untuk memberi tahu wartawan.
Taliban tampaknya berusaha mengendalikan kerumunan daripada mencegah orang pergi.
Sebuah video yang beredar online menunjukkan Taliban mengawasi keberangkatan puluhan orang asing secara tertib.
Kedutaan Besar AS di Kabul, yang sekarang beroperasi dari sisi militer bandara, mendesak warga Amerika mendaftar secara online untuk evakuasi tetapi tidak datang ke bandara sebelum dihubungi.
Kementerian Luar Negeri Jerman mengatakan pesawat angkut militer Jerman pertama mendarat di Kabul tetapi lepas landas dengan hanya tujuh orang di dalamnya karena kekacauan itu.
Penerbangan berikutnya berhasil lepas landas mengangkut 125 orang.
Presiden AS Joe Biden membela keputusannya untuk mengakhiri perang terpanjang Amerika Serikat itu, sambil menyalahkan pemerintah Afghanistan dan pasukan keamanannya yang didukung Barat, sambil mengatakan, buat apa tentara Amerika Serikat bertempur melawan Taliban sementara angkatan bersenjata Afghanistan membubarkan diri dan presdiennya malah kabur.
Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg menggemakan penilaian itu, sambil mengatakan NATO harus introspeksi kekurangan dalam upaya mereka melatih militer Afghanistan.
Pembicaraan berlanjut hari Selasa antara Taliban dan beberapa politisi Afghanistan, termasuk mantan Presiden Hamid Karzai dan Abdullah Abdullah, yang pernah mengepalai dewan perunding negara itu.
Taliban mengatakan mereka ingin membentuk “pemerintahan Islam yang inklusif.”
"Pembicaraan difokuskan pada bagaimana pemerintah yang didominasi Taliban akan bekerja, mengingat perubahan besar di Afghanistan selama 20 tahun terakhir, dibanding mendiskusikan pembagian kekuasaan atau kementerian," kata pejabat yang mengetahui perundingan tersebut, namun mengatakan dengan syarat anonim karena perundingan bersifat tertutup.
Seorang pemimpin tinggi Taliban, Mullah Abdul Ghani Baradar, tiba di Kandahar pada hari Selasa malam dari Qatar, yang dianggap menandakan kesepakatan sudah dekat.
Wakil presiden dari pemerintah yang digulingkan, sementara itu, mencuitkan tweet bahwa dia adalah presiden sementara yang “sah” di negara itu.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Gading-Persada
Sumber : Kompas TV/Associated Press