> >

Peneliti Sebut Antibodi Vaksin Sinovac Turun setelah 6 Bulan, BPOM China Pertimbangkan Dosis Ketiga

Kompas dunia | 27 Juli 2021, 17:13 WIB
Ilustrasi vaksinasi Covid-19. Pemerintah China mempertimbangkan pemberian booster vaksin atau dosis ketiga bagi warganya yang telah menerima dua dosis vaksin Sinovac dan Sinopharm. (Sumber: Humas Kanwilkumham Sulsel)

BEIJING, KOMPAS.TV - Tim peneliti asal China merilis laporan penelitian yang menunjukkan antibodi dari vaksin Sinovac menurun 6-8 bulan setelah vaksinasi. Sementara, pemerintah China mempertimbangkan vaksinasi dosis ketiga atau booster vaksin.

Sekelompok peneliti asal China mengunggah sebuah laporan studi ke laman medRxiv pada Minggu (25/7/2021). Laporan ini belum melewati proses tinjauan peneliti lain atau peer-review.

Namun, laporan penelitian itu menunjukkan antibodi dari vaksin Sinovac atau CoronaVac menurun 6-8 bulan setelah vaksinasi. 

Baca Juga: Tetap Anjurkan Vaksin Sinovac, Dokter Faheem Younus: Jika yang Tersedia Hanya Itu

Pihak peneliti melakukan uji coba penyuntikan dosis ketiga vaksin Sinovac dalam dua skenario. Dalam skenario pertama relawan menerima dosis ketiga vaksin 28 hari setelah dosis kedua.

Sementara, dalam skenario kedua relawan menerima dosis ketiga vaksin Sinovac 6 bulan atau lebih setelah dosis kedua. Skenario kedua ini terbukti lebih efektif.

“Dosis ketiga CoronaVac yang disuntikkan 6 bulan atau lebih setelah dosis kedua dengan efektif memicu kembali respon imun spesifik untuk SARS-CoV-2, menghasilkan sebuah peningkatan signifikan pada level antibodi,” tulis laporan penelitian itu.

Untuk diketahui, tim peneliti ini bekerja dengan sokongan dana dari 3 program Pemerintah China.

Di sisi lain, pemerintah China juga mempertimbangkan vaksinasi dosis ketiga atau booster bagi warganya yang telah menerima dua dosis vaksin Sinovac dan Sinopharm.

Melansir majalah terkemuka China bernama Caixin, regulator obat-obatan di sana telah selesai melakukan panel uji coba pada booster vaksin hasil kerja sama perusahaan China, Fosun Pharma dengan perusahaan Jerman, BioNTech.

Penulis : Ahmad Zuhad Editor : Purwanto

Sumber : Kompas TV/Voanews


TERBARU