Kerusuhan di Afrika Selatan, 117 Tewas, 25.000 Tentara Dikerahkan
Kompas dunia | 16 Juli 2021, 01:33 WIBBerkat patroli bersenjata, situasi di Gauteng, termasuk Johannesburg, kini terkendali. Pasukan militer berjaga di mall Maponya di Soweto. Meski tak mengalami kerusakan parah, mal ini tetap tutup.
Kerusuhan berlanjut pada Kamis di KwaZulu-Natal yang merupakan kampung halaman Zuma. Sejumlah kerusuhan baru terjadi di pusat-pusat perbelanjaan, pabrik dan gudang.
Militer dan polisi bekerja untuk membuka kembali jalan Tol N3 yang sempat ditutup selama berhari-hari karena truk-truk yang terbakar akibat kerusuhan memblokir jalan. Jalan tol itu merupakan rute transportasi penting untuk mengangkut bahan bakar, makanan dan barang lainnya ke seluruh wilayah di negara itu.
Penutupan berkepanjangan akan menyebabkan kekurangan bahan-bahan penting di berbagai wilayah di Afrika Selatan.
Pasukan bersenjata juga diterjunkan menjaga kawasan sekitar pelabuhan Durban, pelabuhan terbesar Afrika di selatan, agar tetap beroperasi.
Polisi menemukan lebih dari 10.000 butir amunisi di Durban pada Rabu (14/7/2021) malam. Menurut Menteri Kepolisian Bheki Cele, amunisi itu merupakan milik para penghasut kerusuhan.
Baca Juga: Dianggap Hina Pengadilan, Mantan Presiden Afrika Selatan Jacob Zuma Ditahan
Di pinggiran Durban di Phoenix, pasukan keamanan juga berjaga penuh. Di kawasan itu, kerusuhan menyebabkan ketegangan rasial berkobar. Penduduk Phoenix yang didominasi orang India menggelar patroli untuk mengantisipasi kerusuhan. Mereka dituding menembak orang kulit hitam yang dicurigai menjadi perusuh.
“Banyak nyawa hilang. Situasi antara komunitas India dan Afrika yang saling bertetangga, sedang buruk,” ujar Cele dalam konferensi pers, Kamis, di Phoenix. Menurut Cele, 15 orang tewas terbunuh dalam kerusuhan di Phoenix.
Sebelumnya, Cele menyatakan, pihak berwenang tengah menyelidiki sekitar 12 orang karena dicurigai telah menyulut dan merencanakan kerusuhan itu.
Pengerahan pasukan terbesar sejak Afrika Selatan memenangkan demokrasi terjadi pada Maret 2020, saat sekitar 70.000 pasukan militer dikerahkan untuk mengamankan pemberlakuan lockdown ketat untuk meredam penyebaran Covid-19.
Penulis : Vyara Lestari Editor : Hariyanto-Kurniawan
Sumber : Associated Press