> >

AS, Inggris dan Uni Eropa Kecam Pembajakan Pesawat Ryanair demi Tangkap Aktivis Oposisi Belarusia

Kompas dunia | 25 Mei 2021, 20:20 WIB
Jurnalis Belarusia yang pro oposisi, Roman Protasevich. (Sumber: Euroradio via AP)

Protasevich lantas memberikan seluruh perangkat elektronik itu kepada seorang perempuan warga Rusia, Sofia Sapega. Dia adalah mahasiswi yang diduga merupakan kekasih Protasevich.

Seorang penumpang yang duduk di bangku belakang Protasevich, Marius Rutkauskasu, mengatakan bahwa begitu pilot mengumumkan pendaratan darurat, wajah Protasevich langsung murung.

"Saya melihat dia duduk di samping kekasihnya dan mulai panik. Sebagaimana yang saya pahami, dia adalah jurnalis itu. Dia panik karena pesawat itu akan mendarat di Minsk. Dia mengatakan hukuman mati sudah menunggunya," kata Rutkauskaus seperti dikutip dari CNN.

Baca Juga: Padamkan Aksi Protes, Belarusia Tangkapi Para Jurnalis dan Aktivis HAM dan Geledah Rumah Mereka

Melansir Associated Press, kru menara pengawas di Minsk memberitahu awak Ryanair bahwa ada ancaman bom di pesawat saat pesawat itu melintasi wilayah udara Belarusia dan memerintahkan pesawat itu segera mendarat.

Namun, Wakil Komandan Angkatan Udara Belarusia, Mayjen Andrey Gurtsevich, membantah tuduhan telah memaksa pesawat Ryanair untuk mendarat.

Dia mengatakan bahwa mereka menyatakan kepada pilot Ryanair ada sebuah ancaman keamanan di pesawat itu.

Mereka pun mengutus jet tempur MiG29 untuk mengawal pesawat Ryanair itu hingga mendarat.

Setelah pesawat mendarat, dilaporkan ada enam orang turun dan tidak melanjutkan penerbangan.

Diduga mereka adalah Protasevich, Sapega, dan sejumlah agen intelijen yang diutus untuk membuntuti.

Baca Juga: Presiden Belarusia Alexander Lukashenko Mulai Berpikir untuk Mundur, Pihak Oposisi Curiga

Protasevich diperkirakan sudah dibuntuti agen intelijen sejak lama akibat sepak terjangnya.

Selama ini, ia menjalankan aksi menolak rezim Presiden Belarusia, Alexander Lukashenko, yang sudah berkuasa selama 26 tahun dari luar negeri.

Presiden Belarusia Alexander Lukashenko saat memperingati 35 tahun bencana Chernobyl di kota Bragin, sekitar 360 km di tenggara Minsk, Belarusia, pada Senin (26/4/2021). (Sumber: Sergei Sheleg/BelTA Pool Photo via AP, File)

Protasevich meninggalkan Belarusia pada tahun 2019 dan membentuk kanal di aplikasi Telegram bernama Nexta yang menjadi salah satu motor penggerak aksi unjuk rasa besar-besaran menentang Lukashenko.

Atas bantuannya terhadap oposisi, Protasevich terancam hukuman mati di Belarusia karena dianggap sebagai teroris.

Pada pemilihan presiden Belarusia tahun 2020, Lukashenko diklaim sebagai pemenang, meski pemilihan itu dilaporkan sarat dengan kecurangan.

Penulis : Vyara Lestari Editor : Deni-Muliya

Sumber : Kompas TV


TERBARU