Berita Duka: Pujangga Besar Mesir, Nawal el-Saadawi, Meninggal Dunia di Usia 89 Tahun
Kompas dunia | 22 Maret 2021, 01:16 WIBKAIRO, KOMPAS.TV - Nawal el-Saadawi, seorang feminis Mesir terkenal, psikiater dan novelis, meninggal karena sakit di Kairo pada hari Minggu (21/03/2021) kata para pejabat pemerintah Mesir yang dilansir Associated Press, Minggu (21/03/2021). Saadawi meninggal di usia 89 tahun.
Menteri Kebudayaan Mesir Inas Abdel-Dayem berduka atas meninggalnya Saadawi, mengatakan tulisan Saadawi telah menciptakan gerakan intelektual yang hebat di Mesir dan di dunia.
Lahir pada Oktober 1931 di sebuah desa Delta Sungai Nil, Saadawi belajar kedokteran di Universitas Kairo. Dia bekerja sebagai psikiater dan dosen universitas serta selama hidupnya sudah menulis lusinan buku. Dia juga seorang penulis tetap di surat kabar Mesir.
Sebagai pembela hak-hak perempuan di Mesir dan dunia Arab, tulisannya berfokus terutama pada feminisme, kekerasan dalam rumah tangga terhadap perempuan, dan ekstremisme agama.
Baca Juga: Reruntuhan Kompleks Gereja dan Pemukiman Kristen Abad 5 Masehi Ditemukan di Mesir
Saadawi adalah lawan yang bersuara sangat lantang atas budaya mutilasi alat kelamin perempuan di Mesir dan di seluruh dunia.
Ketika dia menerbitkan bukunya yang terkenal, “Women and Sex” pada tahun 1972, dia menghadapi badai kritik dan kecaman dari kalangan politik dan agama Mesir. Dia juga saat itu kehilangan pekerjaannya di Kementerian Kesehatan.
Saadawi sempat ditahan dan dipenjara selama dua bulan pada tahun 1981 sebagai bagian dari tindakan keras politik yang dilakukan oleh Presiden Anwar Sadat saat itu.
Selama di penjara, Saadawi menuliskan pengalamannya dan menghasilkan sebuah buku berjudul: Memoirs from the Women's Prison, yang dia tulis menggunakan gulungan tisu toilet dan pensil kosmetik.
Baca Juga: Turki dan Mesir Mulai Bangun Kembali Hubungan Diplomatik Setelah Putus Tahun 2013
Saadawi adalah pendiri dan kepala Asosiasi Solidaritas Wanita Arab dan salah satu pendiri Asosiasi Arab untuk Hak Asasi Manusia. Pada tahun 2005, dia dianugerahi Penghargaan Internasional Inana di Belgia, setahun setelah menerima hadiah Utara-Selatan dari Dewan Eropa.
Pada tahun 2020, Majalah Time menobatkannya dalam daftar 100 Wanita Tahun Ini.
Karena pandangannya, Saadawi sempat menghadapi beberapa tantangan hukum, termasuk tuduhan murtad dari kalangan Islamis. Saadawi menikah tiga kali, dan meninggalkan dua orang putri.
Seperti dikutip dari tulisan peneliti LIPI Jaleswari Pramodhawardani, Nawal dilahirkan pada 1931, dari sebuah keluarga terhormat di Desa Kafr Tahla di daerah delta Mesir, Nawal tumbuh sebagai seorang feminis Mesir terkemuka yang disegani di panggung feminisme internasional. Ayahnya adalah pejabat tinggi dalam Departemen Pendidikan Mesir.
Nawal tergolong pengarang Mesir kontemporer dengan hasil karya yang paling banyak diterjemahkan ke dalam 12 bahasa sedunia.
Baca Juga: Mesir Temukan Pabrik Bir Tertua Dari Masa Dinasti Pertama, 3.150 - 2.613 SM, Tertarik Mencoba?
Ia menghasilkan karya klasik tentang perempuan dunia Islam. The Hidden Face of Eve (Wajah Rahasia Kaum Hawa) dan banyak karya terbitan lain, termasuk naskah sandiwara, koleksi cerita pendek, karya nonfiksi, dan novel yang sebagian besar telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris.
Beberapa di antara bukunya diterjemahkan dalam bahasa Indonesia, antara lain Women at Point Zero (Perempuan di Titik Nol), Death of an Ex-Minister (Akhir Hayat Seorang Mantan Menteri), Searching (Mencari), The Innocence of the Devil (Tak Berdosanya Sang Setan) (California, 1994).
Karya-karyanya banyak menohok kalangan muslim dan penguasa di negaranya.
The Fall of the Imam (Jatuhnya Sang Imam) misalnya. Dalam novel tersebut Nawal berkisah tentang perjuangan dan perlawanan seorang anak perempuan yang lahir tanpa ayah.
Sang ibu dianggap sebagai seorang perempuan pezina, namun semua orang, mulai dari penjaga hingga sang Imam telah tidur bersamanya. Akibat keingintahuannya tentang keturunannya, ia selalu dikejar-kejar dan akhirnya tertangkap dan dijatuhi hukuman mati.
Novel ini berisi tentang kejatuhan para pemimpin yang selalu bersembunyi di balik nama agama dan Tuhan.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Hariyanto-Kurniawan
Sumber : Kompas TV