Ayatollah Agung Ali Al-Sistani, Sosok Panutan Syiah Di Balik Irak Kini
Kompas dunia | 6 Maret 2021, 21:52 WIBPada 2004, perkelahian antara milisi Syiah, tentara Irak dan AS baru bisa berakhir setelah sang ulama pulang dari London, Inggris usai menjalani perawatan penyakit jantung yang dideritanya. .Selama masa pertikaian dan kekerasan antar golongan di Irak, al-Sistani kerap menyerukan agar mengutamakan persatuan dan dialog damai.
Al-Sistani termasuk dalam aliran pemikiran yang tidak mengikuti pemerintahan gaya Iran yang didominasi oleh para ulama. Oleh banyak pihak, sosoknya dianggap sebagai penyeimbang pengaruh Teheran di Irak.
Baca Juga: Paus Fransiskus Serukan Toleransi dan Persaudaraan Antara Umat Kristen dan Muslim di Irak
Pada 2014, ia menyerukan agar para warga Irak yang sehat menjadi sukarelawan dan bergabung bersama tentara untuk memerangi serangan kelompok ISIS. Seruan ini diindahkan secara luas, dan membantu mengalahkan para milisi ISIS. Namun, ini juga memicu peningkatan milisi Syiah, yang banyak di antaranya bersetia pada Iran, hingga ia dituduh telah memperburuk tensi ketegangan antar golongan.
Pada 2019, seruan al-Sistani terhadap para anggota parlemen agar mempertimbangkan kembali dukungan mereka pada pemerintah Irak, berujung pada pengunduran diri perdana menteri Irak pada saat itu – Adel Abdul-Mahdi – di tengah tekanan protes anti-pemerintahan Irak.
Al-Sistani lahir di Mashhad, Iran pada 1930. Ia mulai belajar membaca Al-Qur’an sejak usia 5 tahun. Ia mulai mempelajari studi agama formal di kota Qom di Iran, dan melanjutkan langkah ini saat ia pindah ke Najaf di Irak.
Tahun 2020 lalu, saat Al-Sistani menjalani operasi untuk patah tulang, para simpatisan dari berbagai kalangan datang menjenguknya, termasuk para pejabat dari Iran dan AS, rival sengitnya di Irak.
Penulis : Vyara-Lestari
Sumber : Kompas TV