Militer Myanmar Kepada Utusan Khusus PBB: Kami Siap Menghadapi Sanksi dan Isolasi
Kompas dunia | 4 Maret 2021, 08:51 WIBNegara-negara Barat, termasuk Amerika Serikat, Inggris, Kanada, dan Uni Eropa sudah menerapkan sanksi terukur untuk menjepit militer Myanmar dan sekutu bisnis mereka.
15 anggota Dewan Keamanan PBB sudah menyuarakan kekhawatiran mereka atas status keadaan darurat yang ditetapkan di Myanmar, namun belum mengecam dan mengutuk kudeta bulan lalu karena penentangan dari Rusia dan China, yang melihat perkembangan situasi adalah masalah dalam negeri Myanmar.
Baca Juga: Enam Wartawan di Myanmar Terancam Hukuman Tiga Tahun Penjara
Karena hal itu, kecil kemungkinan adanya tindakan DK PBB selain sebuah pernyataan saja, tutur kalangan diplomat.
"Saya harap mereka melihat hal itu bukan hanya sebagai masalah dalam negeri, namun juga menghantam stabilitas wilayah," tutur Schraner Burgener menanggapi China dan Rusia.
Schraner mengatakan, Soe Win berkata pada dirinya,"Setelah satu tahun mereka ingin menggelar pemilu baru,". Namun Schraner Burgener terakhir bicara dengan Soe Win tanggal 15 Februari lalu, dan saat ini berkomunikasi dengan militer hanya melalui surat.
"Jelas, dalam pandangan saya, taktik mereka (militer) adalah mendakwa orang-orang NLD dan memenjarakan mereka," tutur Schraner Burgener, seraya menambahkan, "Pada akhirnya, NLD akan dilarang lalu mereka (Militer) akan menggelar pemilu baru dimana mereka ingin menang, lalu setelah itu mereka bisa lanjut berkuasa,"
Baca Juga: Dubes Myanmar Untuk PBB Melawan Junta, Siapakah Kini yang Menduduki Posisi Tersebut?
Schraner Burgener mengatakan keyakinannya militer Myanmar "sangat terkejut" dengan skala perlawanan terhadap kudeta yang mereka lakukan.
"Hari ini kita lihat anak-anak muda yang hidup di alam kebebasan selama 10 tahun terakhir, yang hidup dengan media sosial, dimana mereka sangat terorganisir dan sangat penuh keyakinan," tutur Schraner Burgener seraya menekankan," mereka tidak mau kembali ke alam kediktatoran dan isolasi,"
Penulis : Edwin-Shri-Bimo
Sumber : Kompas TV