> >

Selandia Baru Peringati 10 Tahun Gempa di Christchurch Tanpa Perlu Memakai Masker dan Jaga Jarak

Kompas dunia | 22 Februari 2021, 10:11 WIB
Ratusan orang menghadiri peringatan 10 tahun gempa besar di Christchurch, Selandia Baru, yang menewaskan 185 orang. Peringatan pada Senin (22/2/2021) ini dilakukan tanpa perlu memakai masker dan menjaga jarak, karena situasi Covid-19 di Selandia Baru yang sudah terkendali. (Sumber: Associated Press)

WELLINGTON, KOMPAS.TV - Selandia Baru memperingati gemba bumi besar yang terjadi di Christchurch, yang terjadi 10 tahun lalu dan menewaskan 185 orang. Ratusan orang menghadiri kebaktian luar ruangan di Christchurch.

Ratusan warga Selandia Baru yang menghadiri acara ini tidak mengenakan masker dan tidak menjaga jarak sosial, karena saat ini hidup di Selandia Baru telah kembali seperti sebelum Covid-19. Kasus Covid-19 di Selandia Baru saat ini sudah terkendali dengan jumlah kasus aktif yang sangat minim.

Kini kota Christchurch telah dibangun kembali, setelah porak poranda karena gempa bermagnitudo 6,3 yang menghancurkan sebagian besar pusat kota.

Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern mengatakan, penting untuk diingat bahwa sebanyak 87 korban merupakan orang asing, yang tidak bisa hadir dalam peringatan ini karena pembatasan perjalanan akibat virus Covid-19.

"Bendera kami dikibarkan setengah tiang untuk mereka hari ini juga," katanya seperti dikutip dari the Associated Press, Senin (22/2/2021).

Baca Juga: Selandia Baru Tarik Permanen Pasukannya Dari Afghanistan Setelah 20 Tahun Dukung AS Perangi Teroris

Walikota Christchurch Lianne Dalziel berbicara tentang 28 warga negara Jepang yang meninggal. Jumlah ini merupakan korban terbesar yang merupakan warga negara asing.

"Saya terutama ingin menyebutkan, semua anggota keluarga Jepang yang saya temui tahun lalu di Jepang dan yang sangat ingin berada di sini," katanya. "Kami selamanya terhubung dengan tragedi ini dan kami tidak melupakanmu bahkan ketika kami berpisah. Kamu tetap bersama kami,” ujar Dalziel.

Salah satu orang yang hadir dalam peringatan ini adalah Maan Alkaisi. Dia merupakan seorang profesor universitas, yang telah menghabiskan waktu bertahun-tahun mencoba untuk mengajukan tuntutan pidana terhadap mereka yang merancang gedung CTV yang runtuh ketika gempa. Korban dari runtuhnya gedung ini berjumlah 115 orang termasuk istrinya, Maysoon Abbas.

Baca Juga: Sejak Berlakukan Lockdown, Tak Ditemukan Kasus Covid-19 Lokal di Selandia Baru

Penulis : Tussie-Ayu

Sumber : Kompas TV


TERBARU