Brazil: Vaksin Covid-19 Sinovac 78% Efektif, Saat Ini Tunggu Izin Penggunaan Darurat
Kompas dunia | 8 Januari 2021, 00:58 WIBSAO PAULO, KOMPAS TV - Pemerintah negara bagian Sao Paulo Brasil memastikan uji coba tahap akhir vaksin Covid-19 Sinovac Biotech bernama CoronaVac menunjukkan kemanjuran 78%, menurut pernyataan Gubernur João Doria dalam konferensi pers seperti dilaporkan Reuters pada Kamis (07/01/2021).
Doria juga mengatakan lembaga biomedis yang dikelola negara bagian Sao Paulo, yaitu Institut Butantan telah mengajukan Izin Penggunaan Darurat (Emergency Use Authorization) dari Badan Pengawas Kesehatan Federal Brazil Anvisa.
Menurut pernyataan Gubernur Sao Paolo itu, vaksin CoronaVac menjamin perlindungan penuh (100 persen) dari kematian, infeksi parah, dan perawatan rumah sakit dari sukarelawan yang positif terinfeksi dan telah mendapat vaksinasi, seperti dilaporkan BBC Brazil pada Kamis (07/01/2021)
Baca Juga: MUI Kawal Uji Klinis Vaksin Sinovac, Ini Aspek yang Jadi Indikator Halal
Dua tahap uji klinis yang dilakukan di Brazil sebelumnya juga menunjukkan CoronaVac aman dan membangkitkan imun tubuh dari virus Covid-19
Awalnya pemerintah Sao Paulo berencana mengumumkan hasil kesimpulan sementara uji klinis tersebut pada 15 Desember lalu, namun memutuskan mereka dapat membuat analisa penuh tahap akhir dari hasil uji klinis (full analysis of the results), karena memiliki 170 sukarelawan yang positif terinfeksi Covid-19 yang menjadi peserta uji klinis, sehingga mereka menunda pengumuman tersebut ke bulan Januari ini.
170 orang peserta uji klinis yang positif terinfeksi Covid-19 adalah parameter yang ditetapkan dalam protokol penelitian, seperti dilaporkan BBC Brazil.
Baca Juga: Audit Rampung Hari Ini, Komisi Fatwa MUI Segera Sidang Halal Vaksin Sinovac
Berdasarkan hasil tersebut, Pemerintah Sao Paulo dan Institut Butantan mengajukan Izin Penggunaan Darurat vaksin CoronaVac buatan Sinovac pada hari ini juga, Kamis (07/01/2021) kepada Badan Pengawas Kesehatan Nasional Brazil Anvisa. Selain itu mereka juga akan mengajukan registrasi vaksin tersebut di Brazil.
Data yang mereka ajukan diperkirakan akan selesai dianalisa paling lama 10 hari setelah diajukan, demikian dilaporkan BBC Brazil.
Izin Penggunaan Darurat dari Anvisa sangat penting bagi pemerintah negara bagian Sao Paulo agar dapat melaksanakan vaksinasi massal yang rencananya dimulai 25 Januari nanti.
Baca Juga: Tim Uji Klinis: Vaksin Sinovac Aman, Efektivitas Belum Diketahui
Indonesia menjadi salah satu negara pemesan vaksin Sinovac. Hingga hari ini sudah tiga juta dosis vaksin Sinovac tiba di Indonesia dan sebagian sudah didistribusikan ke sejumlah daerah.
Saat ini Kementerian Kesehatan masih menunggu hasil kajian dan izin penggunaan darurat (Emergency Use Authorization) dari BPOM RI untuk melaksanakan vaksinasi massal kepada prioritas pertama penerima vaksin tersebut. BPOM RI dilaporkan masih menunggu data interim atau data sementara uji klinis fase III dari tim riset Sinovac di Bandung.
Meski demikian, Presiden Jokowi memastikan akan menjadi orang pertama yang disuntik vaksin Covid-19 buatan Sinovac yang diperkirakan akan dilakukan pada 13 Januari 2021 bersama sejumlah pejabat publik lainnya.
Baca Juga: Indonesia Minta Dari Brazil Data Uji Klinis Tahap III Vaksin Sinovac Untuk Ambil Keputusan
Pada saat yang sama, Sinovac harus mendaftarkan vaksin CoronaVac kepada Badan Pengatur Obat dan Makanan China, dimana pendaftaran tersebut diperkirakan akan memakan waktu tiga hari.
Seperti laporan BBC Brazil, kelebihan dan kekurangan vaksin CoronaVac buatan Sinovac adalah, Sinovac menggunakan teknologi virus tidak aktif, atau inactive virus, metode pembuatan vaksin yang sudah digunakan sejak puluhan tahun ini, dan digunakan untuk vaksin flu, hepatitis A, dan poliomyelitis.
Metode tersebut membuat vaksin ini mudah diukur dan dikaji tingkat keamanannya bagi manusia.
Disebut metode vaksin tidak aktif atau inactivated virus karena vaksin berisi virus yang sudah tidak bisa menggandakan diri, sehingga tidak akan mampu membuat orang yang divaksinasi menjadi sakit.
Baca Juga: BPOM Klaim Keamanan Vaksin Sinovac - LAPORAN KHUSUS
Vaksin kemudian membangun reaksi kekebalan tubuh, dimana tubuh kita mencatat dan mengingat bagaimana sistem kekebalan tubuh bisa menghabisi virus aktif aslinya bila masuk ke tubuh manusia.
Vaksin CoronaVac akan diterapkan dalam dua kali suntikan yang masing-masing berjarak 21 hari.
Namun vaksin dengan metode ini mahal diproduksi karena harus mengembangkan virus Covid-19 dalam jumlah banyak di laboratorium untuk kemudian melumpuhkannya dalam proses inaktivasi.
Vaksin ini tidak memerlukan suhu pendingin super untuk distribusi dan penyimpanan sehingga menjadi incaran negara berkembang yang belum memiliki infrastruktur yang cukup bagi vaksin yang membutuhkan suhu ultra dingin sepanjang waktu, baik pada saat distribusi maupun penyimpanan.
Penulis : Edwin-Shri-Bimo
Sumber : Kompas TV