Iran Umumkan Rencana Pengayaan 20% Uranium Secepatnya
Kompas dunia | 2 Januari 2021, 18:54 WIBDUBAI, KOMPAS TV — Iran mengatakan akan memperkaya uranium hingga 20% "secepatnya" di fasilitas nuklir Fordo. Keputusan Iran itu mendorong program nuklir mereka secara teknis hanya tinggal satu langkah lagi dari (uranium) tingkatan senjata nuklir. Perkembangan itu makin memberi tekanan kepada Barat atas kesepakatan nuklir yang kini berantakan, seperti dilansir Associated Press.
Iran melakukan langkah itu ditengah meningkatnya tekanan antara Iran dan Amerika Serikat pada masa-masa terakhir pemerintahan Presiden AS Donald Trump, yang secara sepihak menarik diri dari kesepakatan nuklir Iran tahun 2018 lalu.
Tindakan Iran itu memicu serangkaian insiden yang puncaknya adalah serangan drone Amerika Serikat di Baghdad satu tahun lalu, yang menewaskan seorang Jenderal berpengaruh Iran. Besok adalah peringatan satu tahun wafatnya Jenderal yang dibunuh Amerika Serikat tersebut dan saat ini pejabat AS mengkuatirkan kemungkinan balas dendam oleh Iran.
Baca Juga: Tensi dengan AS Memanas, Iran Bangun Fasilitas Nuklir di Bawah Tanah
Keputusan Iran untuk memperkaya uranium hingga ke level 20% satu dekade lalu hampir membuat Israel melakukan serangan udara yang menyasar fasilitas nuklir Iran, membuat negara itu mendapat tekanan yang berakhir saat tercapainya kesepakatan nuklir tahun 2015.
Kepala Badan Energi Atom Iran yang berpendidikan Amerika Serikat, Ali Akbar Salehi, memberi analogi militer untuk menggambarkan kesiapan lembaga yang dia pimpin untuk mengambil langkah selanjutnya,"
"Kami itu seperti tentara dan jemari kami ada di pelatuk," tutur Salehi di televisi pemerintah Iran,"Komandan memberi perintah, dan kami menembak. Kami siap untuk ini dan pasti memproduksi (uranium yang diperkaya hingga tingkat 20%) secepatnya,"
Keputusan pemerintah Iran itu datang setelah parlemen Iran menyetujui Rancangan Undang-Undang berisi perintah pengayaan uranium, yang kemudian disetujui oleh lembaga pengawas konstitusi. Hal itu bertujuan meningkatkan tekanan kepada Eropa agar memberi keringanan atas sanksi yang diterapkan kepada Iran.
Baca Juga: PBB Mengutuk Iran karena Hukum Mati Warganya atas Kejahatan di Masa Remaja
Keputusan Iran itu diambil juga sebagai tekanan menjelang pelantikan presiden terpilih AS, Joe Biden, yang mengatakan bersedia untuk kembali kepada kesepakatan nuklir dengan Iran.
Badan Tenaga Atom Internasional IAEA mengakui Iran telah memberitahu inspektur nuklir mereka atas keputusan tersebut, dengan mengirim surat resmi setelah kabar tentang keputusan Iran itu bocor Jum'at malam (01/01/2021).
"Iran telah memberitahu kami (IAEA) bahwa untuk mematuhi Undang-Undang yang baru saja disetujui parlemen negara itu, Badan Tenaga Atom Iran bermaksud memproduksi uranium yang diperkaya tingkat rendah...hingga 20% di Pabrik Pengayaan Bahan Bakar di Fordo," kata IAEA dalam pernyataan mereka seperti dilaporkan Associated Press
IAEA menambahkan, Iran tidak mengatakan kapan mereka berencana untuk menggenjot pengayaan (uranium) tersebut namun "inspektur (IAEA) sudah berada di Iran dan siap (24 jam setiap hari dan 7 hari seminggu) serta memiliki akses rutin ke fasilitas nuklir di Fordo.
Baca Juga: Warga Teheran Tumpah Ruah Peringati 40 Tahun Revolusi Iran
Undang-undang Iran yang baru terbit itu juga memerintahkan pemerintah untuk mengusir inspektur-inspektur tersebut, dan sejauh ini pemerintah di Teheran belum memutuskan untuk mengambil langkah tersebut.
Ali Akbar Salehi juga mengatakan Iran perlu mengganti uranium alami dalam sentrifuse di Fordo untuk bahan yang sudah diperkaya hingga 4% untuk memulai proses menjadi 20%.
"Hal itu harus dilakukan dengan supervisi IAEA," tambah Salehi
Sejak kesepakatan nuklir Iran runduh, Iran telah kembali melakukan pengayaan uranium di Fordo, dekat kota Qom, kota suci kaum Syi'ah, sekitar 90 kilometer arah Barat Daya dari Ibukota Teheran.
Terlindungi jajaran gunung, Fordo diperkuat senjata anti serangan udara dan perlindungan militer lain. Fasilitas disana berukuran satu lapangan sepakbola, cukup besar untuk menampung 3,000 sentrifuse, namun cukup kecil dan padat sehingga membuat pejabat AS curiga fasilitas itu memiliki kegunaan militer saat diperlihatkan kepada umum tahun 2009.
Baca Juga: Presiden Iran Ramalkan Masa Depan Donald Trump, Bakal Digantung Seperti Saddam Hussein
Kesepakatan nuklir tahun 2015 mewajibkan Iran membatasi pengayaan (uranium) mereka yang ditukar dengan pembatalan sanksi terhadap negara tersebut. Kesepakatan itu juga mewajibkan Fasilitas Nuklir Frodo diubah menjadi fasilitas penelitian dan pengembangan.
Di bawah pemerintahan mantan Presiden garis keras Iran Mahmoud Ahmadinejad, Teheran memulai pengayaan 20%. Israel yang memiliki program senjata nuklirnya sendiri dan tidak dideklarasikan, khawatir Teheran sedang membuat bom.
Setelah penemuan Fordo, AS mengembangkan bom "penghancur bunker" yang dirancang untuk menyerang fasilitas semacam itu. Ketika Israel mengancam pada satu titik untuk membom situs nuklir Iran seperti Fordo, pejabat AS dilaporkan menunjukkan kepada mereka video bom penghancur bunker yang menghancurkan tiruan Fordo di sebuah gurun barat daya Amerika.
Baca Juga: Sekjen PBB Desak Iran Jawab Kekuatiran Atas Program Nuklir dan Rudal Balistik
Israel, yang di bawah Perdana Menteri Benjamin Netanyahu terus mengkritik program nuklir Iran, tidak memberikan komentar segera pada hari Sabtu (01/01/2021).
Saat ini, Iran memperkaya uranium hingga 4,5%, melanggar batas kesepakatan yaitu maksimal sebesar 3,67%. Para ahli mengatakan Iran sekarang memiliki cukup persediaan uranium yang diperkaya tingkat rendah untuk setidaknya dua senjata nuklir, jika Iran memilih membuatnya. Iran telah lama mempertahankan program nuklirnya untuk tujuan damai.
Iran secara terpisah memulai pembangunan di situs baru di Fordo, menurut foto satelit yang diperoleh The Associated Press pada bulan Desember.
Pengumuman Iran bertepatan dengan peringatan satu tahun serangan pesawat tak berawak AS di Baghdad, yang membunuh Komandan Pasukan Pengawal Revolusi Jenderal Qassem Soleimani.
Baca Juga: Iran Pastikan Pembalasan atas Pembunuhan Ahli Nuklir Moshen Fakhrizadeh Jadi Prioritas
Serangan itu kemudian membuat Iran membalas dengan meluncurkan serangan rudal balistik yang melukai puluhan tentara AS di Irak.
Teheran juga secara tidak sengaja menembak jatuh sebuah jet penumpang Ukraina malam itu, menewaskan 176 orang di dalamnya.
Menjelang peringatan pembunuhan Qasseem Soleimani, AS telah mengirim pembom B-52 terbang di atas wilayah tersebut dan mengirim kapal selam bertenaga nuklir ke Teluk Persia.
Pada hari Kamis, para pelaut menemukan ranjau di sebuah kapal tanker di Teluk Persia di lepas pantai Irak dekat perbatasan Iran, saat kapal tersebut bersiap untuk memindahkan bahan bakar ke kapal tanker lain milik sebuah perusahaan yang diperdagangkan di Bursa Efek New York.
Tidak ada yang mengklaim bertanggung jawab atas ranjau tersebut, meskipun itu terjadi setelah serangkaian serangan serupa pada tahun 2019 yang oleh Angkatan Laut AS dituduhkan kepada Iran. Teheran membantah terlibat.
Pada November, seorang ilmuwan Iran yang mendirikan program nuklir militer negara itu dua dekade sebelumnya tewas dalam sebuah upaya pembunuhan, dimana Iran menuduh pelakunya adalah Israel.
Penulis : Edwin-Shri-Bimo
Sumber : Kompas TV