> >

Corona Melonjak, PM Suga Tidak Terapkan Keadaan Darurat & Promosi Wisata Tetap Jalan

Kompas dunia | 21 November 2020, 09:50 WIB
Pusat perbelanjaan di Musashi Koyama Tokyo Jepang. (Sumber: Andylala)

"Tidak salah jika skema tersebut bertindak sebagai katalis", ujar Toshio Nakagawa.

Sementara itu, Haruo Ozaki, yang mengepalai Asosiasi Medis Tokyo, mengatakan pada konferensi pers  sangat mungkin pergerakan orang telah menyebabkan penyebaran infeksi.  

"Kami ingin (pemerintah) menghentikan (program)," tegas Haruo Ozaki.

Meski demikian, industri perjalanan dan beberapa pemerintah daerah telah menyerukan agar program 'Go to Travel' tetap dilanjutkan untuk sementara waktu agar perekonomian tetap bertahan.

"Sementara infeksi menyebar, efektivitas ekonomi (program) untuk industri perjalanan sangat besar," kata pemerintah prefektur Miyazaki kepada Kyodo News.

Otoritas Prefektur Wakayama memiliki pandangan yang sama, dengan mengatakan, "Kami tidak berada dalam situasi di mana kami perlu memisahkan orang dari prefektur lain sekaligus."

Dari perkembangan terbaru, Jepang mengalami 2.427 infeksi baru, yang merupakan rekor tertinggi selama tiga hari berturut-turut, menurut otoritas setempat. Prefektur Tokyo mencatat 522 kasus, turun dari rekor 534 pada Kamis (19/11/2020) sementara Prefektur Osaka mencapai rekor 370.

Penghitungan infeksi nasional sekarang mencapai sekitar 129.000, termasuk sekitar 700 dari kapal pesiar Diamond Princess yang dikarantina di Yokohama pada bulan Februari, sementara hampir 2.000 kematian telah dilaporkan.

Sementara itu di Tokyo, kupon di bawah kampanye 'Go to Eat' pemerintah, yang mempromosikan makan di luar dan mendukung industri restoran, tersedia pada hari Jumat.  Sebagian besar prefektur di negara ini telah meluncurkan kupon semacam itu.

Jumlah kasus baru di Tokyo melampaui 500 pada hari Kamis (19/11/2020) untuk pertama kalinya, dan pemerintah metropolitan meningkatkan kewaspadaan virus ke level tertinggi dari empat tingkat. Peringatan tingkat empat terakhir diberlakukan di ibu kota pada 10 September 2020.

Gubernur Tokyo Yuriko Koike telah mendesak orang-orang untuk menghindari makan dalam kelompok besar dan menghabiskan lebih sedikit waktu bersama. Pemerintah pusat telah menyerukan tindakan seperti membatasi kelompok menjadi empat atau kurang.

Penulis : Dian-Septina

Sumber : Kompas TV


TERBARU