Setelah Guru Sejarah di Paris, Kini Seorang Walikota Diancam Dipenggal
Kompas dunia | 23 Oktober 2020, 18:59 WIBPARIS, KOMPAS.TV - Hanya sepekan setelah pemenggalan guru sejarah di Paris, Prancis, kini ancaman pemenggalan kembali terjadi di negara tersebut.
Ancaman tersebut ditujukan kepada Walikota Bron, Jeremie Braud. Dia mengaku menerimanya, Jumat (23/10/2020).
Bron sendiri merupakan kota yang berada tak jauh dari kota besar Prancis, Lyon.
Baca Juga: Sukarno Tower, Simbol Persahabatan Masyarakat Indonesia dan Pakistan
Breaud langsung melaporkan ancaman tersebut kepada pihak kepolisian. “ Ancaman ini harus disikapi dengan serius,” ujar Breaud kepada BFM TV seperti dikutip dari Reuters.
Breaud pun mengaku telah menerima tawaran perlindungan dari kepolisian.
Dukungan kepada Breaud, datang dari Menteri Dalam Negeri Prancis, Gerald Darmanin dan menegaskan sang walikota akan mendapat perlindungan polisi.
Baca Juga: Xi Jinping Kirim Ancaman kepada AS, Ini Katanya
Breaud pun memposting ancaman yang berupa graffiti di dinding kota pada akun Twitter-nya.
“Jeremy Breaud, kami akan memotong kepalamu,” bunyi dari ancaman tersebut.
Polisi pun kini tengah menginvestigasi kondisi yang sebenarnya dari ancaman tersebut.
Baca Juga: Angka Kematian Jadi 32 Orang, Pemerintah Korea Selatan Bersikeras Vaksin Flu Bukan Penyebabnya
Sebelumnya, seorang guru sejarah, Samuel Paty dipenggal di tengah jalan di Conflans-Sainte-Honorine, Paris, Prancis, Jumat (16/10/2020) waktu setempat.
Pelakunya adalah seorang warga Chechnya kelahiran Moskow, Rusia, Abdullakh Azronov.
Pemenggalan tersebut disinyalir karena Paty melakukan diskusi mengenai karikatur Nabi Muhammad.
Baca Juga: Trump Bangga Miliki Kedekatan dengan Kim Jong-Un, Biden: Seperti Berteman dengan Hitler
Dia juga membawa gambar yang disebutnya sebagai gambaran Nabi Muhammad.
Azronov sendiri kemudian ditembak mati oleh polisi. Kejadian itu pun menggemparkan Prancis.
Unjuk rasa mendukung Paty pun terjadi di beberapa kota di Prancis. Mereka menilai insiden itu telah melukai nilai-nilai kebebasan berpendapat yang dielu-elukan di Prancis.
Penulis : Haryo-Jati
Sumber : Kompas TV