> >

Menakar Peran dan Peluang Perempuan Indonesia dalam Industri Pertambangan serta Energi

Energi | 6 Oktober 2024, 05:24 WIB
Foto ilustrasi perempuan bekerja dalam sektor pertambangan dan industri. Peran perempuan Indonesia diakui sangat penting dalam upaya-upaya pengurangan emisi gas rumah kaca dengan dorongan dan peningkatan peluang bagi perempuan dalam industri pertambangan dan energi yang selama ini didominasi oleh peran laki-laki. (Sumber: Kompas.com)

KOMPAS.TV- Isu perempuan selalu menarik dibahas. Namun siapa kira perempuan Indonesia punya juga peran penting dalam perkembangan industri pertambangan dan energi di Tanah Air.

Dalam sebuah diskusi yang diinisiasi United Nations Development Programme (UNDP) bekerja sama dengan Women in Mining and Energy (WiME) di Jakarta, 3 Oktober 2024, terungkap bahwa peran perempuan Indonesia diakui sangat penting dalam upaya-upaya pengurangan emisi gas rumah kaca dengan dorongan dan peningkatan peluang bagi perempuan dalam industri pertambangan dan energi yang selama ini didominasi oleh peran laki-laki.

Kesetaraan gender adalah aspek kuncinya transisi ini, memastikan bahwa perempuan memiliki kesempatan yang setara untuk berkontribusi dan mendapatkan manfaat dari proses dekarbonisasi.

Baca Juga: Soal Konsesi Tambang dan Perubahan Pandangan, Ini Klarifikasi Ketua PBNU | ROSI

Kementerian PPN/Bappenas, Aruminingsih mengatakan telah terjadi transisi peran untuk perempuan dalam industri pertambangan dan energi. 

“Transisi ini menjadi indikator kunci bahwa perempuan Indonesia mampu mendapatkan kesetaraan peluang untuk berkontribusi dan mendapatkan manfaat dari aksi global pengurangan emisi gas rumah kaca ini,” kata Arumningsih saat berbicara pada diskusi terarah yang diselenggarakan UNDP dan WiME bertajuk “Gender Integration and Opportunities for Women in the Energy and Decarbonization Industries to Support the Commitment towards the Net Zero Emission Pathway”, dalam siaran pers yang diterima Kompas.tv, Sabtu (5/10).

Namun, tingkat partisipasi angkatan kerja, lanjutnya, masih menunjukkan tantangan yang dihadapi perempuan Indonesia. Selama 20 tahun terakhir, tingkat partisipasi cenderung stagnan, yakni laki-laki mencapai 83 persen dan perempuan hanya 52 persen.

“Perempuan yang berkualitas dan bekerja profesional masih menghadapi fenomena glass ceiling,” ungkap dia. 

Baca Juga: Omzet Tambang Emas Ilegal di Lombok Barat yang Ditutup KPK Diperkirakan Rp1,08 Triliun

Konsep langit-langit kaca merujuk pada hambatan yang dihadapi perempuan dan minoritas ketika berusaha meningkatkan karir dan jabatan dalam suatu pemerintahan atau perusahaan.

Penulis : Redaksi Kompas TV Editor : Gading-Persada

Sumber : Kompas TV


TERBARU