> >

Daya Beli Rakyat China Turun, Siap-Siap Produk Impor Negeri Tirai Bambu Banjiri Indonesia

Ekonomi dan bisnis | 19 Februari 2024, 05:40 WIB
Kapal tunda dan kapal pandu membantu kapal barang untuk bersandar di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Kamis (20/7/2023). (Sumber: KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO)

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), impor nonmigas RI pada Januari 2024 senilai 15,81 miliar dollar AS, naik 0,48 persen secara bulanan dan 1,76 persen secara tahunan.

Nilai impor nonmigas RI dari negara tersebut naik 9,26 persen secara bulanan dan 11,86 persen secara tahunan menjadi 5,95 miliar dollar AS.

Baca Juga: Ibu Kota Pindah, Jakarta Bakal Jadi Superhub Bisnis-Finansial seperti Astana di Kazakhstan

Namun, tingginya angka impor dari China tidak dibareng dengan tingginya angka ekspor dari RI ke China. Kenaikan impor itu tidak diikuti dengan kenaikan ekspor lantaran China tengah mengalami deflasi.

BPS mencatat ekspor Indonesia ke China pada Januari 2024 senilai 4,57 miliar dollar AS, turun 20,73 persen secara bulanan dan 12,92 persen secara tahunan.

Otomatis, nilai ekspor yang lebih rendah dari impor itu menyebabkan defisit neraca pedagangan RI terhadap China semakin besar. Pada Januari 2024, neraca perdagangan nonmigas RI terhadap China defisit 1,38 miliar dollar AS.

Padahal, pada Desember 2023, Indonesia masih mencatatkan surplus dagang atas China sebesar 318,7 juta dollar AS.

Baca Juga: Harga Beras di Filipina Naik saat Pasokan Melimpah dari Hasil Panen dan Impor

Senada, Ketua Umum Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia (GPEI) Benny Soetrisno mengungkap sejumlah importir China mengakui permintaan dalam negeri mereka memang tengah lesu.

”Di tengah kondisi tersebut, China terus mendorong ekspor agar pertumbuhan ekonominya tidak merosot semakin dalam,” ungkap Benny.

Ia menilai pemerintah perlu segera memperbaharui dan mengoptimalkan perjanjian dagang dengan sejumlah negara.

Agar Indonesia tidak terlalu bergantung pada China dan bisa membuka pasar baru di negara-negara di Asia Selatan, Afrika, Asia Selatan, dan Timur Tengah. Hal itu penting mengingat era pertumbuhan ekonomi tinggi China diperkirakan segera berakhir.

Baca Juga: Bantah Istana, NasDem Sebut Surya Paloh ke Istana untuk Penuhi Undangan Makan Malam Jokowi

”Perjanjian-perjanjian dagang yang telah dimiliki RI saat ini masih belum signifikan mendongkrak ekspor RI,” ucapnya.

Berdasarkan data Kementerian Perdagangan, sepanjang 2023, RI telah mengimplementasikan tiga perjanjian dagang. Ketiga perjanjian itu adalah Kemitraan Ekonomi Komprehensif RI-Uni Emirat Arab (IUAE-CEPA), Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (RCEP), dan RI-Korea Selatan CEPA.

Penulis : Dina Karina Editor : Gading-Persada

Sumber : Kompas.id


TERBARU