> >

Luhut Ingin Produksi Terminal LNG Bali Diprioritaskan untuk Dalam Negeri, Bukan untuk Diekspor

Energi | 26 Juli 2023, 08:10 WIB
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, pemerintah akan menyetop ekspor LNG, mengolahnya di dalam negeri untuk berbagai keperluan. Sehingga RI bisa kurangi impor LPG dan petrokimia. (Sumber: Instagram @luhut.pandjaitan)

DENPASAR, KOMPAS.TV- Pemerintah akan membangun Terminal Liquified Natural Gas (LNG) di Bali. Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, dengan adanya terminal LNG di Bali ini maka gas alam cair milik Indonesia akan digunakan untuk kebutuhan dalam negeri. Sehingga secara bertahap tidak lagi mengekspor LNG atau gas alam cair.

“Iya (tidak diekspor), LNG Bali itu kita dukung dengan Pak Darmo (Dirut PT PLN) nanti kita kolaborasikan antara PLN dengan Pelindo membuat di sana,” kata Luhut di Denpasar, Bali, Selasa (25/7/2023).

Ia menjelaskan, dengan keberadaan Terminal LNG di Bali, ditambah keseluruhan yang ada Indonesia, maka gas alam yang dimiliki negara ini tergolong cukup. Luhut memperkirakan pada tahun 2032, Indonesia akan kelebihan gas alam cair.

Kelebihan ini akan digunakan untuk kebutuhan dalam negeri sebagai prioritasnya, karena selama ini yang terjadi justru dilakukan ekspor LNG namun akhirnya negara mengimpor LPG.

"Kita bikin saja semua di dalam negeri, kan nilai tambah itu, jadi lapangan kerja buat rakyat juga bertambah dan harganya bisa ditekan,” ujar Luhut.

Baca Juga: Eksponen Partai Golkar Minta Munaslub Digelar Bulan Ini dan Dorong Luhut Gantikan Airlangga

Mengutip dari laman resmi Kemenko Marves, terminal LNG di Bali rencananya akan dibangun di wilayah perairan Serangan/Sidakarya dan Pelabuhan Benoa. Rencana pembangunan terminal LNG ini dilakukan dalam upaya mendukung penggunaan energi bersih dan untuk mencapai program net zero emission di tahun 2060.

Pada kondisi normal, kebutuhan listrik di Bali mencapai 1.100 megawatt dan  diperkirakan pertumbuhan tenaga listrik Bali tahun 2045 sebesar 24 TWh, sehingga LNG akan menjadi sumber energi listrik bagi masyarakat Bali. 

Beberapa kajian telah dilakukan oleh Pemprov Bali terkait rencana lokasi pembangunan LNG di Sidakarya. Namun masih diperlukan analisa yang komprehensif terutama terkait sustainable quality tourism, ekosistem mangrove, aspek keamanan dan keselamatan pelayaran, serta efisiensi biaya. 

Terminal LNG nantinya akan dibangun di lepas pantai Bali melalui perbaikan konfigurasi midstream offshore dengan mempertimbangkan kelestarian mangrove maupun keindahan area wisata. Alasan lain yang mendasari adalah tidak akan mengganggu lalu lintas kapal dan biaya pembangunan lebih efisien.

Penulis : Dina Karina Editor : Iman-Firdaus

Sumber : Antara


TERBARU